TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Darin Mumtazah, siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dua kali mangkir dari panggilan pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Padahal, keterangannya diperlukan KPK sebagai saksi karena diduga terkait dengan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq, yang menjadi tersangka kasus dugaan suap dan pencucian uang.
Penelusuran Tribun, Darin sekolah di sebuah SMK kawasan Kebon Nanas, Jakarta Timur. Namun, pihak sekolah mengaku tidak mengetahui keberadaannya saat ini.
Menurut Kepala SMK, Sri Saidah, Darin termasuk siswi yang kurang bergaul dengan teman seumurannya di sekolah. Dan terbilang selektif dalam memilih teman.
"Kalau bergaul pilih-pilih, yah temannya yang keturunan Arab juga. Kebetulan di Kebon Nanas ini memang banyak yang keturunan Arab. Saya enggak tahu kenapa dia milih-milh teman," ujarnya.
Menurut Sri, Darin terbilang pandai untuk mata pelajaran multimedia. Namun, tidak ada prestasi menonjol dari dia.
Ia mengatakan, Darin selalu mengenakan jilbab saat berada di lingkungan sekolah.
Sebagai sesama perempuan, Sri mengakui wajah siswinya yang kelahiran Bondowoso, Jatim, 29 Maret 1994, dan keturunan Arab itu terbilang cantik.
"Anaknya baik, cantik. Kalau dengan ada masalah dia sekarang, saya sih positif saja, karena kan belum tentu anak saya itu terlibat," katanya.
Kecantikan putri tunggal Zaid dan Mufida itu juga diakui oleh sang wakil kepala sekolah, Dewi.
"Anaknya cantik, matanya bulat, hidungnya mancung, rambut enggak tahu sepanjang mana karena pakai jilbab," kata Dewi.
Dewi juga mengakui bila Darin terbilang siswi biasa saja di sekolah layaknya siswi SMK lainnya. "Dia ke sekolah datang sendiri kadang sama temannya dibonceng naik motor. Kalau pulang, saya jarang lihat dia dijemput. Paling kalau pas sakit, minta bapaknya jemput ke sini," tuturnya.
Dalam catatan sekolah, Darin belum pernah melakukan pelanggaran apapun sebagai siswa. "Dia anaknya enggak aktif di sekolah, enggak ikut eskul apa-apa. Kadang-kadang untuk pelajaran sehari-hari saja dia suka tidak hadir, absen, alasannya sakit," kata Dewi.
Dewi mengaku sudah tidak bisa menghubungi nomor telepon selular Darin. Sejumlah teman akrabnya pun mengaku hilang kontak dengan Darin. "Di sini dia enggak pacaran, tapi anaknya senang bergaul dengan teman-temannya sendiri, anaknya enggak genit atau make-up-an,"katanya.
Senada dengan sang kepala sekolah, Dewi mengaku tidak terlalu kaget atau berlebihan saat mengetahui masalah yang menimpa Darin kendati pemberitaan begitu menghebohkan.
Berkaca pada penjelasan Darin, ia merasa yakin bila siswinya itu tidak terlibat dengan dugaan pidana korupsi dan pencucian uang yang dilakukan oleh Luthfi.
"Dia untuk pembayaran SPP sekolah Rp 150 ribu sebulan saja agak macet-macet, bayarnya agak menyicil. Kalau misalnya dia dapat duit banyak dari Pak Luthfi itu, kan dia bisa lunasin langsung. Tapi, untuk bayaran, sebelum ujian semua pembayaran sudah beres," ujarnya.