TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Intelijen dan Terorisme, Noor Huda Ismail menilai aksi bom bunuh diri di Mapolres Poso sebagai aksi balas dendam dari jaringan Abu Roban kepada aparat kepolisian.
Aksi balas dendam atas kejadian yang dialami rekan-rekannya yang diduga disiksa sebelum kemudian dinyatakan meninggal oleh polisi.
"Ini adalah aksi balas dendam dari jaringan Abu Roban di Poso kepada polisi," ujar Noor kepada Tribunnews.com, Senin (3/6/2013).
Karena itu, menurut Noor Huda kondisi ini menciptakan cycle of vendetta, lingkaran balas dendam yang tidak akan selesai dalam waktu singkat.
Menurut Noor Huda Ismail, atas dasar balas dendam, ke depannya, wilayah Poso masih akan terus bergejolak.
"Ini tidak akan selesai dalam waktu singkat," jelasnya.
Sebagaimana diberitakan, Mapolres Poso dikejutkan dengan aksi bom bunuh diri, Senin (3/6/2013) sekitar pukul 08.03 WITA. Pelaku yang masuk ke halaman Polres sempat ditahan petugas jaga, tetapi pelaku tetap saja nyelonong masuk dengan menggunakan sepeda motor.
Awalnya seorang petugas jaga Mapolres Poso Bripda Andry Wahyudi melihat seorang laki-laki yang menggunakan jaket hitam memasuki Mapolres Poso dengan menggunakan sepeda motor Yamaha Jupiter.
Saat ditegur, pria tersebut tetap memacu kendaraannya dan masuk ke dalam halaman Mapolres Poso. Karena tidak mau berhenti, Bripda Andry Wahyudi pun berusaha mengejarnya.
Tidak lama kemudian terdengar bunyi ledakan kecil dan saat itu Bripda Andry Wahyudi curiga dan secara spontan mengatakan kepada teman-temannya yang ada di penjagaan Polres "Bom Bunuh Diri ini," ucap Bripda Andry sehingga anggota polisi lainnya tiarap.
Kemudian Bripda Andry Wahyudi berlari membunyikan lonceng penjagaan, namun secara tiba-tiba pula terjadi bunyi ledakan kedua yang begitu besar.