TRIBUNNEWS.COM - Dewi Heni Permata Ekawati, honorer bidan desa yang bertugas di pulau Talango, Kecamatan Talango, Sumenep tak kuat lagi menahan mulas di perutnya.
Dewi yang tengah mengikuti tes CPNS lingkungan Pemkab Sumenep, ketubannya pecah. Perutnya sakit luar biasa karena bayi di perutnya terus berkontraksi.
Dewi yang awal tes terlihat normal, akhirnya berteriak kesakitan di saat temannya serius mengisi ujian demi meraih status PNS yang telah mereka idamkan selama bertahun-tahun menjadi tenaga honorer.
Petugas pengawas yang ditempatkan di SMA Negeri I Jalan Payudan Timur pun kelabakan. Dengan dibantu petugas dan teman-temannya, Dewi akhirnya di bawa ke Rumah Sakit Islam (RSI) Kalianget untuk mendapatkan pertolongan persalinan.
Nasib serupa dialami Lilik Amelia, guru agama honorer di SDN Sumberpetung 2, Kecamatan Kalipare, Malang. Amelia yang diprediksi melahirkan bayinya pada hari Senin (4/11), ternyata takdir berkata lain.
Amelia yang sedang mengikuti tes CPNS lingkungan Pemkab Malang yang digelar di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Minggu (3/11), juga mengalami kontraksi. Beruntung Amelia tidak membuat geger seperti Dewi. Ujian tahap pertama, dilalui dengan cepat oleh wanita berkacamata ini sekitar pukul 10.30 WIB.
Setelah itu, ia istirahat di mobil ambulans milik Puskesmas Ngajum yang disiagakan di areal stadion.
Di dalam ambulans, ia ditemani suaminya, Prayitno. Suaminya terlihat mengipasi istrinya yang kepanasan. Menurut Prayitno, istrinya akan melahirkan anak keduanya. Hari perkiraan lahirnya harusnya Senin (4/11/2013). Tapi ternyata saat ujian, ia mengalami kontraksi. Selanjutnya, Amelia di bawa ke RS untuk persaliinan.
Sementara Sri Dewi, guru SDN Pandansari 3 Ngantang, Kabupaten Malang, menggunakan waktu istirahat ujian untuk menyusui anaknya, Raihana Alayya Widianti yang baru berusia seminggu.
Sri Dewi menyusui anaknya yang lahir pada 26 Oktober 2013 lalu di Mushola Stadion. "Pas ujian tadi, anak saya dijaga suami," cerita Dewi. Katanya, anaknya sempat rewel karena mungkin kepanasan.
Berbeda dengan Dewi dan Amelia, guru honorer SMPN 6 Kabupaten Bangkalan, Qomariyah (40), terpaksa mengerjakan soal ujian CPNS di dalam mobil ambulans karena baru saja melahirkan anak keduanya pada Sabtu (2/11) lalu. Qomariyah mengerjakan soal ujian masih dalam kondisi lemah dan lengkap dengan jarum infus masih menancap di tangannya.
"Ia habis melahirkan melalui operasi cesar. Setelah ujian usai, kami bawa kembali ke klinik karena kondisi masih lemah," ungkap bidan Nurul Aida, saat mendampingi Qomariyah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangkalan.
Sementara itu tes CPNS di Polewali Mandar, Sulawesi Barat diikuti beberapa lansia yang sudah beranak cucu. Sejumlah panitia pelaksana ujian menyebut ada peserta ujian bahkan sudah berumur 54 tahun saat mengikuti tes CPNS.
Para lansia tersebut terlihat kewalahan menjawab soal-soal ujian dan mengisi biodata atau lembar jawaban komputer yang disodorkan. Mereka adalah tenaga honorer yang sudah bekerja berpuluh tahun, tetapi belum lolos menjadi PNS.
Panitia Seleksi Tingkat Nasional Sarjito mengatakan, banyaknya peserta lansia lantaran pemerintah berupaya mengakomodasi sejumlah honorer yang selama ini belum beruntung menjadi PNS meski sudah mengabdi hingga belasan tahun sebagai tenaga honorer. Di Kabupaten Bantaeng, juga ada peserta tes CPNS berusia 54 tahun.
Menteri Tenagakerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar mengatakan, tes CPNS bisa secara signifikan mengurangi jumlah pengangguran intelektual. "Tapi, syaratnya, mereka harus melengkapi kompetensinya sehingga tak menjadi 'pegawai yang menganggur' nantinya," kata Muhaimin Iskandar.
Selama ini, kata dia, pengangguran intelektual memang banyak berharap pada lowongan kerja di berbagai institusi pemerintahan.
Pasalnya, tak banyak kesempatan kerja swasta belum mampu menyerap alumni diploma maupun universitas.
Meski begitu, Muhaimin berharap lulusan diploma maupun universitas ke depannya tak lagi melulu menggantungkan harapan pada penerimaan CPNS.
"Para sarjana lulusan perguruan tinggi tak lagi bisa hanya mengandalkan ijazah dalam mencari pekerjaan. Para sarjana harus memilki kompetensi dan keterampilan kerja yang baik sehingga dapat terserap pasar kerja dengan cepat, atau menjadi wirausahawan," tuturnya. (tribunnews/surya/tribun timur)