News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Anak Siantar Diangkat Pahlawan: TB Simatupang Susul Adam Malik Batubara

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Letjen (Purn) Tahi Bonar (TB) Simatupang

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Putra Sumut, Letjen (Purn) Tahi Bonar (TB) Simatupang akan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia, Jumat (8/11), bersama Kanjeng  Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wedyodiningrat dari Yogyakarta, Lambertus Nicodemus (LN) Palar dari Sulawesi Utara.

TB Simatupang, kelahiran Sidikalang, 28 Januari 1920, namun bangga dan mengidentifikasi diri sebagai "Anak Siantar". TB Simatupang menghabiskan pendidikan HIS di Pematangsiantar tahun 1927 hingga tamat 1934. Orangtuanya juga bermukim di Siantar, Jl Tarutung Nomor 1.

Atas penganugerahan gelar bagi TB Simatupang, kini ada 10 Pahlawan Nasional dari Sumut. Sedangkan untuk khusus untuk Siantar, kini sudah ada Siantarman yang jadi Pahlawan Nasional. Sebelumnya adalah mantan Wapres H Adam Malik Batubara dan diplomat ulung RI, yang lahir di Pematangsiantar, 22 Juli 1917.   

"Besok (8/11/2013) pukul 16.00 WIB ketiga tokoh ini akan ditetapkan oleh Presiden RI (Susilo Bambang Yudhoyono)," kata Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial Hartono Laras di Jakarta, Kamis (7/11/2013).

Hartono menjelaskan, ketiga tokoh tersebut ditetapkan sebagai pahlawan nasional dari delapan usulan calon pahlawan. Radjiman Wedyodiningrat yang lahir di Yogyakarta pada 21 April 1879 merupakan tokoh pendiri Republik Indonesia.

Ia merupakan Ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Lambertus Nicodemus Palar (LN Palar) adalah tokoh yang lahir di Rurukan, Tomohon, Sulawesi Utara, pada 5 Juni 1900.

Ia menjabat sebagai wakil Republik Indonesia dalam beberapa posisi diplomatik di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Adapun TB Simatupang, yang lahir di Sidikalang, 28 Januari 1920, merupakan tokoh militer di Indonesia. Saat ini namanya diabadikan sebagai satu nama jalan besar di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

Hingga saat ini pemerintah sudah menetapkan 156 pahlawan nasional dengan 32 di antaranya dari kalangan TNI dan Polri. Kepada setiap pahlawan nasional, pemerintah memberikan tunjangan sebesar Rp 1,5 juta setiap bulan dan bantuan kesehatan Rp 3 juta setiap tahun bagi ahli waris. Sejarawan Erond Damanik mengatakan, tiga tokoh pahlawan yang diusulkan tahun ini dari Sumut tidak ada yang terpilih sebagai Pahlawan Nasional.

"Tahun ini yang diusulkan dari Sumut ada tiga. Melanthon Siregar dari Humbang Hasundutan, Rondahaim Saragih dari Simalungun, dan Raja Sang Naualuh dari Pematangsiantar. Tapi yang terpilih, TB Simatupang. Saya tadi sudah bertanya ke Kadis Sosial Sumut. Katanya, mungkin ini hak prerogratif Presiden," katanya via telepon, Kamis.

Kadis Sosial Sumut Alexius Purba rencananya hari ini mewakili Pemprov Sumut dalam acara penganugerahan Pahlawan Nasional 2013 di Jakarta. Meskipun tidak diragukan lagi kontribusinya bagi bangsa dan negara, menurut Erond, terpilihnya TB Simatupang sebagai pahlawan nasional asal Sumut tahun 2013 menguatkan dugaannya tentang tren lima tahun terakhir.

Belakangan, katanya, pemerintah lebih memilih tokoh pahlawan yang berkiprah di tingkat nasional dibandingkan tokoh-tokoh dari daerah seperti Melanthon Siregar, Rondahaim Saragih, dan Raja Sang Naualuh.

"Mungkin karena belakangan isu otonomi daerah membuat setiap daerah di Indonesia bersemangat mengusulkan pahlawan dari daerahnya masing-masing. Jika perkiraan saya benar, mungkin pemerintah pusat melihat pentingnya menonjolkan politik NKRI dan akhirnya lebih memilih tokoh-tokoh yang  punya kontribusi di tingkat nasional. Ini bukan hanya dialami oleh Sumut, tapi juga daerah lain," ujarnya.

Kecenderungan sikap pemerintah pusat ini memang direstui oleh Undang Undang 20 Tahun 2009 tentang Tanda dan Gelar. TB Simatupang memang diakui sebagai tokoh militer jempolan, diplomat andal, dan tokoh agama yang terpandang di komunitasnya.

Namun, lanjutnya, jika pemerintah pusat melalui Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar (TP2G) hanya mencari nama-nama seperti TB Simatupang sebagai Pahlawan Nasional, maka berakibat mematikan kesempatan aspirasi dari daerah untuk mengusulkan nama-nama tokoh pahlawan lokal yang dianggap berjasa besar bagi bangsa Indonesia sebagai Pahlawan Nasional.

"Pada masa Rondahaim Saragih dan Raja Sang Naualuh hidup kan belum dikenal konsep NKRI. Tapi, mereka sangat terkenal di daerahnya dan terbukti ikut menentang penjajahan oleh Belanda. Sama seperti Pangeran Antasari dan Sultan Agung," ujarnya.

Seingatnya, sudah cukup lama sejak terakhir kali pemerintah pusat menetapkan putera asal Sumut sebagai Pahlawan Nasional. Terakhir adalah AH Nasution pada tahun 2007.  Profil Nasution, menurut Erond, sebelas dua belas dengan TB Simatupang yang sudah pernah diusulkan oleh keluarganya untuk menjadi Pahlawan Nasional pada tahun-tahun sebelumnya.

Beberapa nama yang patut diingat jasanya adalah tokoh pendidik dari Mandailing Willem Iskandar Nasution, Kolonel Bedjo dari Medan, Patuan Nalobi Ritonga dari Labuhan Batu, tokoh pers dari Tapsel Parada Harahap, dan dan Orahili dari Nias.

 Erond yang juga merupakan anggota pengusul Raja Sang Nawaluh mengatakan, berdasarkan Undang Undang 20 Tahun 2009 tokoh-tokoh asal Sumut yang gagal menjadi Pahlawan Sumut kali ini, masih punya kesempatan tahun depan.

"Setiap tokoh punya kesempatan diusulkan sebanyak dua kali. Jika setelah dua kali diusulkan tidak juga diterima oleh pemerintah pusat, maka tidak ada lagi kesempatan," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini