TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sejumlah akademisi dan tokoh nasional saat ini berdiri di belakang deklarasi 'Konvensi Rakyat'. Ketua Komite Konvensi Rakyat, KH Sholahuddin Wahid mengatakan Konvensi Rakyat digelar untuk mencari atau menggali Calon Presiden (Capres) yang belum muncul ke publik.
'Sekarang kan sudah ada beberapa Capres yang dikenal publik. Jadi nanjti Konvensi Rakyat ini bisa menggali tokoh capres potensial yang belum muncul selama ini,' kata KH Sholahuddin Wahid dalam diskusi "Kriteria Pemimpin Nasional" di gedung DPR/MPR RI Jakarta, Senin (18/11/2013).
Gus Sholah, demikian KH Sholahuddin Wahid disapa, mengatakan Konvensi Rakyat ini segera akan digelar di berbagai kota di Indonesia untuk mencari Capres potensial yang bisa diusung partai politik (Parpol) nantinya di Pilpres 2014.
'Menurut saya tidak semua munculnya capres potensial diserahkan ke partai politik meskipun pada akhirnya nanti parpol yang akan mengusung Capres. Jadi nanti kita mencari dan mudah0-mudahan muncul capres yang betul-betul memiliki kriteria yang diinginkan publik,' kata dia.
Gus Sholah mengatakan bukan tidak mungkin Konvensi Rakyat ini akan lebih meriah ketimbang Konvensi Capres lainnya (Konvensi Capres Demokrat). 'Kita ingin menampilkan tokoh-tokoh yang layak tetapi belum muncul di publik,' kata dia.
Adik kandung Gus Dur ini mengatakan salah satu mekanisme Konvensi Rakyat ini adalah melalui survey. Para tokoh capres yang ikut konvensi ini akan dilihat, bagaimana elektabilitasnya dan tingkat keterpilihan di mata publik. "Kita coba menggali konsep untuk mengatasi berbagaia masalah bangsa," tambahnya.
Menurutnya saat ini sebenarnya banyak tokoh-tokoh di Indonesia yang bersih dan layak menjadi pemimpin bangsa. Namun tak ada "saluran" yang bisa menjadikan para tokoh ini untuk digaet partai politik. 'Karena itu, dari hasil konvensi ini, tokoh yang mendapatkan elektabilitas 10% akan ditawarkan kepada parpol untuk dipertimbangkan," paparnya.
Oleh karena itu, Gus Sholah mengatakan kalau tokoh yang disurvey tersebut hanya mampu meraih 5% atau dibawah angka itu tentu saja sulit untuk ditawarkan kepada parpol. "Kalau dibawah 5%, tentu ya harus sulit untuk dijual," katanya.