Dokumen yang dikategorikan top secret ini dibuat badan intelijen elektronik Australia, the Defence Signals Directorate (DSD), atau yang sekarang dinamai Australian Signals Directorate.
Informasi rahasia terbaru ini menunjukkan pertama kalinya sejauh mana penyadapan Australia dilakukan terhadap pemerintah Indonesia. Motto DSD, yang tertulis "Bongkar rahasia mereka - lindungi milik kita", menunjukkan bagaimana intelijen Australia secara aktif mencari cara sebagai strategi jangka panjang mereka untuk terus bisa memonitor aktivitas percakapan telepon SBY.
Telepon yang disadap termasuk milik Ibu Negara Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono yang berada di Australia minggu lalu, mantan wakil Jusuf kalla, Juru bicara Kepresidenan Dinno Patti Djalal, Andi Mallarangeng, Hatta Rajasa, Sri Mulyani Indrawati, Widodo Adi Sucipto dan Sofyan Djalil.
Nama mereka tertulis beserta merk dan tipe ponsel masing-masing. Terkait hal itu, Staf Khusus Presiden tegaskan, bahwa pemerintah Australia perlu mengklarifikasi hal ini kepada Pemerintah Indonesia. "Ini penting untuk menjernihkan suasana. Adanya berita tersebut saja sudah berpotensi mengganggu hubungan," tegasnya.
Sebelumnya, surat kabar Inggris, The Guardian, awal November ini, memberitakan Australia dan Amerika Serikat menggelar operasi intelijen bersama untuk mengintai Konferensi Perubahan Iklim PBB di Bali tahun 2009.
Dokumen yang dibocorkan mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) AS, Edward Snowden, mengungkapkan agen intelijen Australia, Defence Signals Directorate (DSD), dan NSA bekerja sama dalam operasi mengumpulkan nomor telepon para pejabat keamanan di Indonesia.
Saat itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara pribadi mengundang Perdana Menteri Kevin Rudd, yang baru saja terpilih, untuk menghadiri konferensi.
Kedua pemimpin sepakat bekerja sama meningkatkan hubungan bilateral. Konferensi tersebut juga merupakan penampilan internasional Rudd, kemenangan pertama Partai Buruh atas konservatif, John Howard.
Namun, misi tersebut tergolong tidak sukses.
Sebab, segala upaya untuk menyadap hanya mendapatkan nomor telepon kepala polisi Bali. Meski demikian, hal itu bisa menambah ketegangan dalam hubungan Indonesia-Australia. Hari Jumat pekan lalu, Kementerian Luar Negeri RI telah memanggil Duta Besar Australia di Jakarta, Greg Moriarty.
Ada pun Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa mengatakan operasi penyadapan yang dilakukan atas perintah Amerika Serikat itu bukanlah permainan kriket, satu cabang olahraga yang digemari di Australia.
Penyadapan kemudian dilakukan lagi tahun 2009, tahun pelaksanaan pemilihan presiden. Saat itu JK maju sebagai calon presiden berhadapan dengan mitranya, SBY. JK mengaku tidak bisa menduga apa gerangan tujuan penyadapan itu jika memang benar telah terjadi.