Laporan Wartawan Tribunnews, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politik uang (money politics) disebutkan sebagai warisan berkesinambungan yang telah terjadi pada tiga kali Pemilu sejak reformasi hingga sekarang.
Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, mengatakan politik uang masih digunakan para politikus untuk meraih simpati massa dan memenangkan partai.
"Money politics terus. Peran partai politik dimana ketua umum bisa ngapain saja masih gitu kan. Dinamika internal masih sama, top down, senioritas. Dan korupsi ini yang luar biasa kesinambungannya menurut saya lalu perselingkuhannya lebih nyata dalam Pilkada sekarang tampak lebih lebar," ujar Siti kepada Tribunnews di Galeri Cafe, Jakarta, Jumat (22/11/2013).
Meski begitu, Siti optimis Pemilu 2014 merupakan starting point untuk mengakhiri warisan buruk tersebut. Menurut dia, adanya desakan dan tekanan dari publik, mengubah peta kekuatan partai politik dalam Pemilu.
"Ini puncaknya saya melihat sebagai starting point untuk membenahi. Jadi sekarang ini ada kekhawatiran luar biasa terhadap terbangunnya trias korupsi tadi. Perselingkuhan birokrasi, politik, hukum. Oleh karena itu ada kesadaran ini harus distop," kata perempuan yang akrab disama Wiwieq itu.
Kuncinya, kata dia, tekanan civil society yang semakin nyata dan peran media yang menyajikan sorotan tajam tentang perilaku korupsi elite-elite partai.