TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Pol Sutarman tiba-tiba menjadi sorotan para jemaah lantaran ia menjadi ustaz atau mubaligh dalam acara Haul ke-4 wafatnya Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, di Ciganjur, Jakarta, pada Sabtu (29/12/2013) malam.
Penampilan Sutarman yang terbilang jarang terjadi ini muncul saat dirinya memberikan testimoni tentang sosok Gus Dur di acara haul itu.
Bak ustaz umumnya, Sutarman mengenakan kemeja putih, peci hitam, dengan tasbih di tangan kanan pada malam itu.
Ia pun memulai testimoninya dengan mengucapkan salam di depan ribuan jemaah yang mengikuti haul Gus Dur itu.
Dengan fasih, Sutarman melafalkan sebuah hadist Nabi Muhammad SAW tentang akhlak.
"Wa Kolla Muhammad Sallallahi alaihi wasalam, Innama buistu liutammima makarimal akhlak," ucap Sutarman.
"Ini tidak persis ceramahnya Gus Dur yah," seloroh Sutarman dan diikuti gelak tawa para jemaah yang menyaksikannya.
Sutarman pun mengajak para hadirin dan jemaah untuk memanjatkan puji dan syukur untuk Allah SWT.
"Atas semua nikmat yang diberikan-Nya, minimal nikmat sehat sehingga kita bisa melaksanakan haul ke-4 pada malam ini,"ujarnya.
Menurut Sutarman, bahawa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT adalah salah satu pelajaran yang ia dapatkan dari seorang Gus Dur.
Tak hanya ayat suci Alquran dan hadist Nabi Muhammad, Sutarman bak mubaligh, juga memberikan lelucon untuk menyelingi testimoninya.
"Saya waktu itu dikoreksi oleh beliau (Gus Dur), 'Pak Tarman, itu Puji dan Syukur memang enggak bisa manjat sendiri makanya mesti dipanjatkan," kata Sutarman yang kembali mengundang gelak tawa para jemaah, termasuk beberapa anggota Polri atau bawahan Sutarman yang melakukan pengamanan acara.
"Oleh karenanya saya selalu panjatkan puji dan syukur. Jadi, itu pelajaran dari beliau karena saya muridnya," tambah Sutarman.
Sutarman mengaku mengenal Gus Dur sebagai seorang ulama, ahli agama, seorang kyai, pendiri partai politik, hingga akhirnya menjadi presiden.