Lebih lanjut untuk para sahabat pencinta demokrasi, SBY katakan, dirinya lebih banyak bertutur dan berbagi cerita tentang keadaan negara Indonesia dewasa ini, tentang demokrasi Indonesia saat ini. Baik itu berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan maupun yang menyangkut permasalahan yang dihadapi.
"Semua itu saya tulis dalam kapasitas saya sebagai seorang pelaku sejarah, serta pelaku politik dan demokrasi. Bukan pandangan seorang ahli politik dan ahli demokrasi," tegasnya.
Sementara pada bagian lain, disampaikan SBY untuk para anak bangsa yang bercita-cita menjadi pemimpin di negeri ini. Termasuk menjadi seorang Presiden.
"Saya senang, saya bersyukur kepada Allah, banyak putera-puteri bangsa yang ingin menjadi pemimpin. Termasuk ingin menjadi Presiden. Bayangkan kalau tidak ada yang mau, tidak ada yang bersedia," ucapnya.
Lebih lanjut kepada mereka yang berkeinginan untuk menjadi pemimpin di negeri ini, SBY juga ingin berbagi dalam buku "Selalu Ada Pilihan"--bukan untuk mengajari apalagi menggurui.
Berbagi tentang apa? Yakni berbagi mengenai suka, duka dan pahit-manis menjadi seorang Pemimpin di negeri ini, di era transisi demokrasi sekarang ini. Pun tentang serba-serbi dan lika-liku perjuangan dalam proses demokrasi. Khususnya dua kali mengikuti Pemilihan presiden.
"Pengetahuan dan pengalaman yang saya bagikan di buku ini, mungkin relevan dan berguna bagi yang membacanya. Atau mungkin juga tidak relevan dan tidak berguna," tuturnya.
Di bagian akhir, dari buku ini, imbuh SBY, sebenarnya tiada lain adalah sebuah doa dan harapan kepada pemimpin Indonesia mendatang. Utamanya para Presiden Indonesia mendatang.
(Andri Malau)