TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mundurnya Menteri Perdagangan Gita Wiryawan tidak bisa dilepaskan dengan karut marut tata niaga perdagangan internasional yang saat ini dibanjiri oleh produk impor. Gita menteri yang pro produk impor sehingga penggantinya haruslah orang yang pro produk dalam negeri.
“Semua tata niaga karut marut dan pasar dalam negeri dibanjiri produk import karena menterinya pro produk impor. Makanya kami mengharapkan agar dalam mencari penggantinya, SBY harus memilih figur yang pro produk dalam negeri,” ujar Sekjen PPP, M Romahurmuziy yang kerap disapa Romi di Jakarta, Minggu (31/1/2014).
Menurut Romi, Gita selama ini juga lebih banyak menggunakan iklan saja sebagai slogan, jargon dan semboyan dalam penggunaan produk dalam negeri tapi di lapangan faktanya tidak seperti itu.
”Penggantinya jangan hanya berhenti di slogan atau semboyan dalam rangka kepentingan iklan, namun harus betul-betul memiliki keberpihakan yang afirmatif terhadap produk domestik,” imbuhnya.
Romi tidak percaya kalau Gita mundur seperti yang diungkapkan oleh Gita sendiri karena ingin fokus dan lebih dekat dengan rakyat untuk fokus menjalankan amanah menjadi peserta konvensi capres Partai Demokrat.
”Kalau memang konvensi menjadi penyebabnya, mestinya sejak awal konvensi dilakukan. Saya lebih melihatnya karena karut marut tadi,” tegas Ketua Komisi IV ini lagi.
Menurutnya, import beras Vietnam jenis medium yang sekarang menjadi kasus di kementerian perdagangan dimulai dari pengubahan dalam bentuk penyamaan nomer kode HS antara beras premium dan medium menunjukkan bahwa penyelundupan itu sudah direncanakan sistematis.
“Sejak 2008 beras medium terlarang diimpor kecuali oleh Bulog, maka SPI impor beras medium yang terbit kepada swasta oleh Kemendag terindikasi kongkalikong. Patut diduga ini tidak lepas dari upaya fund raising pihak-pihak tertentu untuk kepentingan suksesi 2014. Untuk itu Polri harus segera memproses indikasi penyelundupan ini sampai tuntas,” katanya.