TRIBUN, JAKARTA - Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips Jusario Vermonte mengatakan, efek Jokowi mengerek perolehan suara PDI Perjuangan, setelah didapuk sebagai calon presiden mendatang.
Demikian disampaikan Philips saat merilis hasil survei CSIS dengan tema, "Di Tengah 'Efek Jokowi:' Pemilih yang Masih Ragu dan Kontestasi yang Masih Belum Selesai," Auditorium CSIS, Gedung Pakarti, Jakarta Pusat, Senin (31/3/2014).
"Apabila sudah ada tiga nama capres definitif (Jokowi-PDIP, ARB-Golkar, Prabowo-Gerindra), suara PDI Perjuangan naik signifikan menjadi 33,4 persen," ungkap Philips. Berbeda ketika Jokowi tak disebut, suara PDI Perjuangan hanya 20,1 persen.
Ia menambahkan, bukan saja PDI Perjuangan yang naik. Partai Gerindra juga mengalami kenaikan ketika nama capresnya, Prabowo disebut yakni di angka 15,5 persen. Bila nama Prabowo tak disebut, Partai Gerindra hanya memperoleh 11,3 persen.
"Perolehan Partai Gerindra melampaui Partai Golkar dan juga partai incumbent Demokrat. Sementara Golkar justeru turun walau pun sedikit," tambahnya. Suara Golkar berada di angka 15,0 persen. Jika tak disebutkan capres ARB, suara Golkar 15,8 persen.
Efek Jokowi juga terlihat secara geografis dan demografis umur. Misalnya, penyebutan nama Jokowi, ARB dan Prabowo sebagai capres, dukungan PDI Perjuangan di antara pemilih Pulau Jawa meningkat dari 23,5 persen menjadi 25,1 persen.
Demikian pula di antara pemilih di luar Pulau Jawa, penyebutan nama Jokowi, ARB dan Prabowo sebagai capres, tingkat dukungan terhadap PDI Perjuangan meningkat dari 15,6 persen menjadi 31,2 persen.
CSIS melaksanakan surveinya di 33 provinsi berlangsung dari 7 sampai 17 Maret 2014. Wawancara tatap muka ditempuh dengan jumlah responden sebanyak 1200 orang, dan margin of error 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.