TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bertempat di Theater Universitas Budi Luhur, Jalan Raya Ciledug, Petukangan Utara, Jakarta Selatan, Universitas Budi Luhur (UBL) kembali menggelar Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu (SENMI) 2014 bertema “ Inovasi dan Kreatifitas Yang Cerdas Berbudi Luhur Dalam Menyongsong Asean Community 2015' .
Sambutan disampaikan oleh Rektor UBL Prof.Ir.Suryo Hapsoro Tri Utomo PhD, dilanjutkan 'Keynote Speech' oleh Prof.Dr.Richardus Eko Indrajit,MSc,MBA,MPhil,MA yang juga Ketua Umum Pengurus Inti APTIKOM.
Bertindak sebagai Moderator, Wakil Bidang Akademik UBL, Dr. Wendi Usino MSc. Deklarasi Bali dalam Komunitas ASEAN pada A Global Community Of Nations “Bali Concord III” mengeluarkan pernyataan Komunitas ASEAN dalam masyarakat bangsa global.
Berdasarkan kesepakatan negara-negara ASEAN untuk membentuk ASEAN Economic Community (AEC) dapat dipastikan jika lalu lintas barang, jasa, modal dan investasi bakal bergerak bebas. Sebuah keharusan di era globalisasi yang menyiratkan persaingan sekaligus tantangan bagi Indonesia.
ASEAN (Association of South East Asian Nations) yang dikenal sebagai organisasi kerjasama regional, rencananya di tahun 2015, ASEAN akan berubah menjadi lebih dari sebuah organisasi yaitu komunitas.
Kondisi ini akan berpengaruh serta akan terjadi perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. ASEAN Community 2015, dapat disatukan melalui tiga (3) pilar yaitu: Pilar Pertama adalah komunitas politik keamanan ASEAN; Pilar ini akan menekankan pada pembentukan norma-norma politik bagi Negara anggota ASEAN. Pilar Kedua adalah Komunitas Ekonomi ASEAN, yang menekankan pada pembentukan pasar tunggal di mana setiap warga
Negara anggota ASEAN mempunyai kesempatan untuk bekerja atau membuka usaha di wilayah ASEAN mana pun. Selain itu, sebuah barang bisa memiliki harga yang sama di seluruh wilayah ASEAN.
Pilar Ketiga adalah Komunitas sosial Budaya ASEAN. Dari komunitas ini diharapkan akan terbentuk hubungan tolong-menolong antaranggota ASEAN, terutama dalam hal lingkungan hidup, penanganan bencana kesehatan, IPTEK, tenaga kerja, dan pengentasan kemiskinan.
Dari ketiga pilar tersebut, dapat kita bayangkan bagaimana kondisi Indonesia ke depan. Dengan terbentuknya pasar tunggal ASEAN, dimana setiap warga negara anggota ASEAN mempunyai kesempatan untuk bekerja atau membuka usaha diwilayah ASEAN manapun.
Ini berarti tantangan bagi bangsa Indonesia sebagai salah satu Negara demokratis, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk bersaing dengan generasi muda dari negara lain seperti Singapore, Thailand, Malaysia dan lain sebagainya.
Dalam konteks kehidupan demokratis yang bercirikan salah satunya partisipasi publik, maka relasi Negara dan masyarakat menjadi semakin baik. Relasi ini bermakna bahwa pemerintah dan masyarakat bisa bersinergi dalam mewujudkan kesejahteraan.
Untuk mendapatkan tingkat partisipasi masyarakat yang kuat, tentu saja dibutuhkan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat menjadi prasyarat bagi terwujudnya partisipasi masyarakat yang mampu bersinergi dengan pemerintah dan lembaga lainnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pemberdayaan masyarakat adalah melalui pemanfaatan IPTEK. IPTEK yang dipelajari dan dikembangkan oleh perguruan tinggi sudah saatnya diaplikasikan langsung dalam kehidupan masyarakat.