TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Direktur Marketing Permai Group Mindo Rosalina Manulang membeberkan perlakukan mantan bosnya Muhammad Nazaruddin kepadanya saat mendekam di Rutan Pondok Bambu. Menurut Mindo dirinya kerap mendapat intimidasi serta ancaman psikologis.
"Saya sering diminta buat keterangan tak benar tentang bapak makannya saya minta perlindungan LPSK supaya bisa bebas dari intimidasi dan tekanan mereka," kata Rosa saat ditanyai Anas ketika bersaksi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (18/8/2014).
Diceritakan Rosa, ketika masih mendekam di Rutan Pondok Bambu, dirinya sering didatangi Nazaruddin dan orang suruhannya. Namun, saat itu Rosa masih menyanggupinya.
"Saya sering didatangi termasuk Nazar, Aan, Hasim, karyawan. mereka selalu kalau datang lolos portir selalu lolos handphone. Ketika saya dipanggil dari sel di sebuah ruangan, tiba-tiba nanti saya dikasih telepon 'nih bicara sama bapak.' Saya kan bingung. Saya bilang jangan saya bicara sama bapak. Saya stress kalau bapak telepon saya. Saya bingung nanti," kata Rosa di hadapan majelis hakim.
"Jadi waktu kasus-kasus dia (Nazar) masih di Singapura itu. Disitu memang sudah disebutkan 'pokoknya Ros kamu harus sebutkan Anas bagaimana supaya dia lengser dari jabatan Ketum', itu bahasa dia dari awal saya di Pondok Bambu," kata Rosa.
Terpantau, Neneng yang juga bersaksi dan duduk di sebelah Rosa, hanya terdiam mendengar kesaksian itu. Anas sendiri lantas kembali meminta Rosa untuk membeberkan semuanya. Rosa pun kembali bercerita soal sepak terjang Nazar ketika mengintimidasinya.
"Saya mohon maaf, saya juga buka disini saja. Waktu itu tiap hari saya anehnya, BAP saya di KPK, saya belum pulang, masih di jalan, malamnya sudah ada orang dia menunggu. Kok tahu isi BAP saya. Ini yang saya stress juga. Kok dia tahu apa yang saya sebut di BAP saya. Dia langsung ngamuk-ngamuk di telepon. Ada orang yang datang bawa telepon. Tiap hari begitu," kata Rosa.
Pernah juga, lanjut Rosa dirinya diperintahkan Nazaruddin membuat keterangan palsu terkait kasus Nazaruddin. Termasuk memberikan keterangan tak valid dalam kasus PLTS yang melibatkan istri Nazaruddin, Neneng Sri Wahyuni.
"Mohon maaf ibu Neneng, saya dipaksa bikin buat berita acara palsu tapi disumpah di Pondok Bambu. Kalau tidak saya ditembak di ruangan itu. Saya dipukulin Pak Nasir. Tapi saya waktu itu hanya berdoa sebentar. Saya bilang oke saya tandatangan. Tapi enggak tahu kenapa tiba-tiba ada di niat saya, saya harus bikin tanda tangan palsu, nanti saya akan katakan itu bukan tandatangan saya. Nah udah saya memang tanda tangan surat itu," kata Rosa.
Begitu juga hari berikutnya menurut Rosa, dirinya kembali diancam untuk membuat keterangan bohong oleh Nazaruddin. Namun, Nazar kata Rosa selalu berubah-ubah memerintahkannya. Tidak konsisten.
"Setiap hari saya harus dibuat BAP seperti ini, itu. Saya bilang, kalau setiap hari saya bohong nanti suatu saat saya juga enggak sanggup. Saya enggak ingat kalau saya sebelumnya juga sudah bohong berapa kali. Yang mana yang harus saya pegang, sebentar bapak bilang saya begini, besok begitu, saya juga bisa gila lama-lama mengikuti bapak," kata Rosa.
"Terakhir dia sebutin 'pokoknya Ros, kita harus lengserkan Pak Anas. kita akan adakan KLB, kita usahakan supaya Marzuki ketua umum. Kalau itu sudah ketum nanti kamu enggak akan berat.' Seperti itu bahasanya. Makanya saya langsung putuskan minta keluarga datang, saya bilang, saya harus LPSK," kata Rosa. Setelah diamankan LPSK, lanjut Rosa, dirinya mulai terbuka sebagaimana mestinya, untuk mengungkap kasus-kasus yang melibatkan Nazaruddin.
"Setelah saya LPSK, saya katakan ke penyidik, saya terbuka saja, saya sudah enggak mau lagi, stress saya kalau harus disuruh bohong terus," kata Rosa.
Meski begitu, kata Rosa, ternyata bukan hanya dirinya yang bernasib seperti itu. Tetapi, semua karyawan Nazaruddin.
"Semua pak. Dan orang-orang yang sudah keluar itu, kita sekarang reunian bahkan orang yang sudah keluar itu, karyawan, banyak juga yang sudah dipenjarakan karena Pak Nazar selalu bilang begini 'kalian boleh bebas dari saya, tapi kalian ingat, kalian itu gampang untuk saya penjarakan," kata Rosa.
Rosa sendiri memang menyadar bahwa dalam setiap proyek yang digarap pihaknya, banyak menggunakan nama-nama karyawan Permai Group.
"Di beberapa PT nama kami ada dan perusahaan itu dibikin untuk proyek. Nah, di beberapa aparat penegak hukum lain, sudah beberapa mantan anak buah dan mantan karyawan Pak Nazar di penjara sampai sekarang," imbuhnya.