TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Nilai lebih sebuah produk, kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, DR. H. Sapta Nirwandar, SE menjadi tidak berarti bila kita tak pandai mengemas dan memasarkannya.
“Seluruh potensi pariwisata yang dimiliki bangsa ini bila kita tidak pandai mengemasnya, maka tidak akan diketahui dunia,” kata Sapta Nirwandar, dalam wawancara dengan wartawan melalui surel dari Samarkand, Uzbekistan, Jum’at (3/10/2014).
Hal ini yang menyebabkan sejumlah negara, kata Sapta, berlomba-lomba untuk mempromosikan potensi pariwisatanya.
“Tak peduli apakah negera berkembang, negara maju, negara yang ekonominya sedang tumbuh, atau negara yang mayoritas berpenduduk muslim,” ungkapnya melalui rilis yang dikirim ke Tribunnews.
Kehadiran Sapta di tanah kelahiran ulama besar perawi Hadits, Imam al Bukhari ini, adalah dalam rangka memimpin Sidang Dewan Eksekutif Ke-99 UNWTO (United Nations World Tourism Organization).
Sidang tersebut berlangsung sejak sejak Rabu (1/10/2014), dan berakhir hari ini, Jum’at (3/10/2014).
Pada Sidang Umum UNWTO di Zimbabwe-Zambia, Agustus 2013 tahun lalu, Indonesia terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Dewan Eksekutif UNWTO Periode 2013-2014, dengan Wakil Ketua Jamaika dan Mozambik.
UNWTO adalah badan tertinggi dunia di bidang pariwisata, yang berkantor pusat di Madrid, Spanyol.
Beranggotakan 156 negara anggota tetap, 6 anggota associate, dan lebih dari 400 anggota afiliasi yang terdiri dari sektor swasta, lembaga pendidikan, serta asosiasi pariwisata dan badan otoritas lokal mengenai kepariwisataan.
“Dari 156 negara anggota tetap itu, Indonesia termasuk salah satu dari 32 negara anggota Dewan Eksekutif,” terang Sapta.
Agenda sidang UNWTO, antara lain mengevaluasi dan memproyeksikan program kerja ke depan, serta pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Dewan Eksekutif tahun depan.
Sidang juga menyoal sustainibility pariwisata dalam menjaga lingkungan.
“Perlu dipikirkan bagaimana meningkatkan kunjungan wisatawan dengan tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup,” ujar penyandang gelar Doktor dari Universitas Paris IX-Dauphine ini.
Selain sejumlah tugas yang telah diagendakan, momentum ini dimanfaatkan Sapta untuk lebih memperkenalkan potensi wisata dan budaya Indonesia di mancanegara.
Sapta memang selama ini aktif dan produktif membuat berbagai program yang bertujuan meningkatkan daya tarik Indonesia, baik di pasar domestik maupun mancanegara.
Sapta pemrakarsa sejumlah kegiatan seperti; Jakarta Marathon, Tour de Singkarak, Triboatton, dan Pemilihan Putra Putri Batik Nusantara.
Di luar negeri Sapta menyelenggarakan Temporary Exhibition of Indonesia di Museum Vatikan, berpartisipasi pada banyak pameran di luar negeri, serta aktif di berbagai acara bertaraf internasional.
Sapta sering mengkolaborasikan budaya lokal dan internasional.
Hal ini terlihat dari upayanya memprakarsai Sabang Jazz Festival, Batam Jazz Festival, Festival Music Bamboo, dan acara lainnya.
“Kita punya ribuan cerita menarik mengenai tradisi masyarakat dan kearifan lokal. Belum lagi destinasi wisata alamnya.
Ini kekayaan kultural dan lingkungan bangsa kita yang harus kita kelola dan menjadi sesuatu yang menarik bagi wisatawan dari luar negeri,” ujar pria yang pernah dianugerhi Bintang Jasa Utama dari Presiden Republik Indonesia tahun 2008 ini.