TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bicara lepas dengan suara bergetar, tidak takut lawan bicara, tenang mengutarakan kalimat dan diselingi celotehan bahasa Sunda.
Politisi Partai Golkar ini seakan menampik penilaian bahwa seorang Otong Otje Djundjunan, nenek 76 tahun sempat takut ada anggota DPR yang menghampirinya saat memimpin rapat perdana 560 anggota baru DPR di Gedung DPR, Jakarta pada 1 hingga 2 Oktober 2014.
Anggota DPR asal Dapil Jawa Barat I (Kota Bandung dan Kota Cimahi) yang karib disapa 'Ceu Popong' itu mengaku nyalinya sebagai pimpinan rapat tidak menciut kendati terjadi hujan interupsi, kericuhan hingga mendapat kepala tangan dari peserta rapat. "Henteu (tidak) khawatir, karena saya ada Tuhan. Pasti Tuhan melindungi saya. Henteu sama sekali," kata Popong.
Nenek 76 tahun dengan empat anak dan delapan cucu itu mengaku memasrahkan setiap langkah kakinya kepada Tuhan.
"Lihat saja dari mimik wajah saya waktu itu. Apa mimik saya ada reuwas (kaget)? Tidak ada sama sekali perasaan takut. Karena saya yakin Tuhan tidak tidur. Lagipula, saya tidak ada maksud jahat. Saya hanya jalankan tugas, selebihnya kumaha (bagaimana) Gusti (Tuhan) wae (saja)," ucapnya.
Bagi Popong yang sudah lima periode menjadi anggota DPR, 'panasnya' rapat para anggota Dewan pada malam itu adalah sebuah dinamika semata. Dan hal itu tidak aneh jika kembali terjadi pada hari-hari rapat DPR mendatang.
Yang penting, sebut Popong, setiap anggota DPR tidak sekadar interupsi, tapi juga bisa membuktikan hasil kerjanya.
"Daripada tidak pernah interupsi, diam aja, mending yang pada interupsi tapi bekerja baik. Karena interupsi adalah hak mereka asal sesuai aturan," tandasnya.