TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Ciri bangsa yang kalah, kata seorang pengamat budaya, adalah terjadinya imitasi massal terhadap cara hidup bangsa pemenang.
Seperti dalam gaya hidup, mode (pakaian, aksesoris), jenis makanan, produk massal, perilaku konsumtif, bahasa, hingga pemikiran dan adat kebiasaan.
Ciri tersebut, katanya, sangat relevan dengan sikap mental masyarakat di sejumlah negara dunia ketiga, seperti Indonesia saat ini yang terkatung-katung dalam peta kebudayaan global.
Namun resistensi dan sikap defensif yang cenderung menutup diri, kata Asisten Deputi Kepanduan, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora RI, IGP Raka Pariana, M.PD, juga jangan berlarut-larut.
“Suka atau tidak globalisasi telah sampai di rumah-rumah kita. Ketakutan yang berlebihan terhadap ekspansi budaya global hanya makin menunjukkan bahwa kita bangsa yang inferior. Selalu menjadi objek paparan budaya asing tanpa mampu berbuat
apa pun,” tegasnya, dalam percakapan bersama sejumlah Wartawan melalui rilis yang dikirim ke Tribunnews, Jumat (24/10/2014).
Terkait dengan ciri bangsa, kata Raka Pariana, strategi paling tepat adalah dengan menjadi bagian yang signifikan dari arus globalisasi itu sendiri.
“Salah satunya Gerakan Pramuka bisa menjadi garda depan dalam menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan merancang gelombang budaya Indonesia di tengah budaya global,” tuturnya.
Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai leading sector, kata Raka Pariana, juga telah membahas dan menyusun berbagai program kegiatan kepramukaan yang terfokus pada pembentukan karakter dan kepribadian generasi muda. Salah satunya melalui
“Rapat Sinergi Lintas Pemangku Kepentingan Pramuka Dalam Rangka Akselerasi Revitalisasi Gerakan Pramuka Tahun 2014,” yang berlangsung di Hotel Orchardz, Pontianak, Kalimantan Barat, akhir Agustus lalu (28-31/08/2014).
Kegiatan ini diikuti 58 peserta, mewakili Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Kwartir Daerah Kalimantan Barat, dan Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Barat.
Kegiatan yang diselenggarakan Asisten Deputi Kepanduan Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda Dan Olahraga RI ini, bagian dari upaya membangun kerjasama antar lembaga-lembaga kepramukaan, akademisi, dan perguruan tinggi.
“Menyinergikan program, mengoptimalkan pencapaian dalam mengembangkan gerakan pramuka. Salah satu agendanya adalah menanamkan nilai-nilai budaya bangsa. Penguatan karakter. Membawa nama dan gaya hidup Indonesia. Menuju hegemoni budaya Indonesia. Dan jika saatnya tiba, kita boleh tersenyum melihat budaya Indonesia
berkibar di mana-mana,” timpal Wakil Ketua Kwartir Nasional, H. Suriyadi, yang terlibat dalam percakapan ini.
Suriyadi kembali menegaskan, bahwa Pramuka juga mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, cinta kasih dan patriotik.
“Mengajarkan perasaan positif, berfikir positif, bertindak positif dengan berbagai sisi humanisnya. Namun sekaligus memiliki sikap pemberani, pantang menyerah, rela berkorban demi bangsa dan negara. Inilah saya kira yang membuat masyarakat akan menjadi lebih simpatik dengan Gerakan Pramuka,” ujar Suriyadi