TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo dinilai tidak perlu menganggap serius soal penghinaan yang dilakukan Muhammad Arsyad (23) alias Imen di jejaring sosial, Facebook.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Ramadhan Pohan, mengatakan sebagai pejabat negara, Jokowi harusnya menghentikan penangkapan Imen itu.
"Ramadhan Pohan bersama Ruhut Sitompul juga pernah dibikin jadi bayi, telanjang bulat, kepalanya jadi kepala kami. Kami adukan nggak itu yang melakukan? Ya enggak. Kami kan pejabat negara," ujar Pohan di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (1/11/2014).
Lagi pula, lanjut Pohan, harus bisa dibedakan penghinaan yang dilakukan Imen dengan fitnah hukum. Menurut dia, penghinaan yang dilakukan Imen bukan lah orang hebat atau orang berbahaya yang perlu mendapat tanggapan atau perhatian sedikit.
"Ini adalah orang biasa, yang sudah minta maaf, minta ampun, ibunya juga sudah minta maaf, sembah sujud kepada presiden Jokowi dan saya kira udah selesai di sana," kata Pohan.
Kondisi akan berbeda jika Imen melakukan perlawanan dan menentang terus menerus. Oleh karena itu, Pohan mengatakan jika Jokowi tidak mau di-bully, maka jangan menjadi politikus.
"Kalau misalnya Presiden Jokowi itu enggak mau di-bully atau seperti itu ya jangan jadi presiden, (jangan) jadi politisi. Itu menurut saya ya. Karena saya digitukan saya biasa saja," tukas Pohan.