Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas menyayangkan peristiwa tewasnya kerbau bule yang merupakan pusaka Keraton Surakarta. Kerbau bule itu mati ditombak orang tak dikenal.
"Itu lah, ada hal-hal yang kita anggap menjadi satu kepercayaan masyarakat Indonesia, harusnya tidak boleh diganggu," kata Wakil Ketua DPD RI itu di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (5/11/2014).
Kerbau bule, kata Ratu Hemas, menjadi salah satu kepercayaan masyarakat sejak lama. Kerbau bule dianggap sebagai kekuatan budaya dan bangsa sehingga setiap masyarakat harus menghargainya.
"Dengan cara hal seperti itu, bukan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya. Budaya yang turun menurun itu harusnya menjadi suatu kekuatan budaya bangsa sendiri," ungkapnya.
Istri Sri Sultan Hamengkubuwono X meminta kepolisian cepat bertindak dengan menangkap pelakunya. Sebab, hal itu sudah mengganggu kenyamanan masyarakat.
Ia juga prihatin dengan masyarakat yang sudah mulai melupakan budayanya. "Kalau budaya sendiri tidak dihargai. Bagaimana kita menghargai bangsa ini kalau tidak menghargai budaya kita," tuturnya.
Sebelumnya, seekor kerbau keturunan Kyai Slamet yang menjadi salah satu pusaka Keraton Kasunanan Surakarta, bernama Kyai Bodong tutup usia pada hari Selasa (4/11/2014) pada pukul 18.30 WIB.
Adik ipar Raja Keraton Kasunanan Surakarta KRMH Satryo Hadinagoro menuturkan meninggalnya Kyai Bodong karena ditombak di Taman Seruni, Solo Baru, Sukoharjo pada pertengahan Oktober lalu atau sebelum kirab satu suro.
Pelaku seperti sengaja menombak ke perut bagian kiri dan pangkal kaki depan sebelah kanan yang membuat luka sedalam 10 centi meter.
"Kerbau-kerbau ini memang kerap dilepas untuk berjalan-jalan, dan saat berada di Solo Baru di tombak oleh orang tidak bertanggung jawab menggunakan tombak besi berkarat," ujar Satrio saat ditemui di Sitingil Alun-Alun Kidul, Selasa (4/11/2014).