TRIBUNNEWS.COM - Bencana longsor di seantero tanah air sudah pada tahap yang sangat mengkhawatirkan, baik dari sisi frekuensi maupun jumlah korban jiwa. Fakta ini terlihat dari angka-angka statistik bencana longsor dalam satu dekade terakhir.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan sudah lebih dari 2.000 kali longsor terjadi di Indonesia, dalam 10 tahun terakhir. Akibat musibah yang didominasi andil kesalahan manusia itu pun sudah menewaskan lebih dari 1000 orang.
"Dalam kurun waktu 2005 sampai 2014 total terdapat 2.278 peristiwa longsor. Total ada 1.815 orang tewas dan hilang akibat bencana-bencana longsor dalam waktu 10 tahun terakhir," kata Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB, Jakarta, Senin (15/12/2014).
Bahkan diungkapkan Sutopo, berdasarkan data yang dimiliki pihaknya, dalam 10 tahun itu, tren bencana longsor cenderung meningkat. Di tahun 2005 tercatat ada 50 kejadian tanah longsor, 2006 ada 73 kejadian, 2007 sekitar 104 kejadian dan 2008 ada 112 kejadian, lalu meningkat lagi di tahun berikutnya, yakni pada tahun 2009 ada 238 kejadian, 2010 ada 400 kejadian.
"Pada 2011 jadi 329 kejadian, 2012 ada 291 kejadian, 2013 ada 296 kejadian, dan 2014 naik lagi ada 385 kejadian. Dalam 10 tahun itu tren bencana longsor cenderung meningkat," kata Sutopo.
Selain mengakibatkan 1.815 tewas dan hilang, ribuan peristiwa tanah longsor dalam 10 tahun terakhir juga berdampak pada 79.339 orang mengungsi, 7.679 unit rumah rusak berat, 1.186 unit rumah rusak sedang, dan 8.140 unit rumah rusak ringan.
BNPB sendiri sudah memetakan daerah-daerah rawan bahaya longsor di seluruh Indonesia. Hasilnya, daerah-daerah yang masuk dalam daerah bahaya longsor level sedang sampai tinggi sebanyak 274 kabupaten/kota.
"Daerah rawan longsor tersebar di sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Sebab, daerah-daerah itu merupakan daerah dataran tinggi atau perbukitan, pegunungan," kata Sutopo.
Jika dilihat secara detil, maka ada 3 kabupaten yang paling banyak atau sering terjadi peristiwa tanah longsor dalam 10 tahun terakhir. Di antaranya lanjut Sutopo adalah Kabupaten Wonogiri dengan 90 kejadian, Kabupaten Bogor dengan 75 kejadian, dan Kabupaten Wonosobo dengan 72 kejadian.
Sementara khusus untuk Kabupaten Banjarnegara terjadi 22 peristiwa tanah longsor sejak 2005 sampai 2014 ini.
"Artinya di Banjarnegara rata-rata setahun terjadi 2 sampai 3 kali tanah longsor," kata Sutopo.
Sementara kalau dipetakan secara provinsi, maka provinsi Jawa Barat adalah provinsi paling sering terjadi tanah longsor dengan 132 kejadian, disusul Provinsi Tengah dengan 102 kejadian, dan Jawa Timur dengan 47 kejadian.
Dari data BNPB selama 10 tahun terakhir itu, lanjut Sutopo, maka terlihat bahwa puncak kejadian tanah longsor terjadi pada bulan Januari dimana ada lebih dari 350 kejadian. Kemudian bulan Februari ada kurang lebih 300 kejadian, dan Maret ada lebih dari 210 kejadian. Ketiga bulan di awal tahun tersebut merupakan rentang waktu yang paling sering terjadi tanah longsor di Indonesia dengan peningkatan kejadian mulai terlihat pada bulan Oktober tahun sebelumnya.
"Semua kejadian itu nampak sangat dipengaruhi oleh pola hujan. Rata-rata kejadian longsor memang terjadi pada bulan-bulan saat musim penghujan," imbuhnya.
Edwin Firdaus