TRIBUNNNEWS.COM - Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo (54) sempat dikira merangkap pendeta saat hadir dalam perayaan Natal di Wamena, Papua, beberapa waktu lalu.
”Mungkin karena saya bilang, kalau dalam Nasrani, hukum utama itu adalah kasih. Kasihi Tuhan dan kasihi sesama manusia,” kata Gatot di Jakarta, pekan lalu.
Rupanya, kata-katanya ini membuat orang Papua bertanya apakah dirinya pendeta atau tentara. Menjawab pertanyaan itu, Gatot mengatakan, sebagai individu, ia beragama Islam. Namun, sebagai jenderal TNI, ia adalah individu yang berketuhanan Yang Maha Esa.
Gatot mengatakan, ia percaya, orang-orang Wamena adalah orang-orang yang cinta kedamaian. ”Mereka ikat semua panah. Itu sudah tanda perdamaian,” kata Gatot yang saat perwira pernah bertugas di Merauke dan Jayapura.
Saat berdialog dengan warga Papua, Gatot mencatat hasrat warga Papua yang tinggi untuk pendidikan dan kesejahteraan. Tidak didapati hasrat merdeka. ”Saya bilang kepada anggota saya, tidak ada itu ide Papua merdeka. Mereka saudara-saudara kita,” kata Gatot.
Terkait kedekatannya dan tentara dengan warga Papua, Gatot rupanya punya cara bersahabat sebelum datang ke wilayah Indonesia paling timur itu. ”Sebelum saya datang, para perwira bikin upacara cuci kaki. Jadi, kaki tua-tua adat dicuci oleh tentara. Itu adat Papua, kita harus menghormati mereka,” kata Gatot.(EDN)