News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ratusan Mahasiswa Papua Ricuh dengan Polisi di Depan Gedung DPR

Penulis: Rahmat Patutie
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan mahasiswa Papua se-Jawa Bali terlibat ricuh dengan aparat kepolisian di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (4/1/2015).

Kejadian itu terjadi sekitar pukul 18.00 WiB. Para demostran melempari batu dan botol minuman ke arah aparat kepolisian yang berjaga-jaga dalam halaman DPR.

Tiga orang mahasiswa sempat menaiki pagar mencoba untuk merengsek masuk. Namun upaya mereka gagal lantaran aparat membalasnya dengan menembakkan water canon ke arah mahasiswa.

Mereka pun berhamburan ke tengah jalan raya Gatot Subroto itu. Aktivitas arus lalu lintas di tempat tersebut sempat tersendat.

Mahasiswa juga sempat menendang 6 unit motor milik aparat yang sedang terparkir di samping kanan depan pagar.

Semula mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa sejak pukul 10.00 WIB pagi ini berlangsung dengan tenang. Mereka hanya nampak duduk-duduk dan bergantian menyampaikan aspirasinya dari atas mobil komando.

Namun sejak sekitar pukul 15.00 para mahasiswa Papua meminta perwakilan dari pihak DPR khususnya Komisi VII datang bertemu untuk berdialog dan menyampaikan pendapatnya. Kesal lantaran tak ada perwakilan yang datang, sang orator dari atas mobil komando berteriak dengan lantang bahwa massa akan mendobrak pintu masuk gedung DPR unutk menemuinya langsung.

"Bila tak ada perwakilan dari pihak DPR khususnya dari Komisi VII, kami hancurkan pagar ini.

Mereka meminta kepada rezim presiden Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) segera menutup PT. Freeport dan seluruh perusahaan asing milik negara-negara imperialis seperti BG, LNG Tangguh, Medco, Cerindo, dan lainnya di tanah Papua.

Juru bicara aksi sekaligus korlap Roy Karoba Bubir mengatakan, melihat semua kompleksitas semua persoalan di seluruh tanah Papua saat ini, apalagi belum ada pengakuan terhadap hak-hak demokratis rakyat Papua Barat.

"Maka dengan kehadiran PT. Freeport milik imperialisme Amerika Serikat yang merupakan dalang kejahatan terhadap rakyat Papua," ujar Roy.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini