TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Namanya Intelijen enggak boleh ada istilah kecolongan. Kalau ada kecolongan, ya bego dia itu."
Begitu kata Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tahjo Kumolo menanggapi aksi penangkapan yang diduga merupakan anggota ISIS di Poso, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan informasi diterima pihaknya dari otoritas keamanan, terindikasi ada sekitar 100 orang WNA masuk ke Poso, dan mengajak para warga untuk berjihad.
Bila tak bisa jihad di Suriah, maka lakukan di Indonesia. Indikasi para WNA tersebut merupakan anggota ISIS. Untungnya motif para WNA penyusup tadi sudah terendus Intelijen.
"Namanya intelijen enggak boleh ada istilah kecolongan, kalau ada kecolongan, ya bego dia itu. Kemarin penggerebekan bagaimana? Kan mampu mendeteksi, ada bukti baru ditangkap. Jadi jangan ada intelijen kecolongan," kata Tjahjo di Jakarta, Selasa (26/3/2015).
Menurut mantan anggota DPR itu, saat ini pihak kepolisian dan TNI sedang melakukan pengecekkan di lapangan, untuk mengetahui mengapa para WNA tersebut bisa masuk ke Indonesia.
Meski begitu, Tjahjo mengintruksikan seluruh aparatur daerah dapat memberikan pemahaman tentang bahaya dan menyimpangnya ISIS dari syariat agama kepada Masyarakat.
Pemda juga harus berkoordinasi dengan pihak kemanan, serta mengimbau kepada masyarakat untuk berani memberi informasi bila melihat aksi-aksi yang dilakukan kelompok radikal di lingkungannya. Tak hanya di Poso, tapi juga di seluruh daerah Indonesia.
"Semuanya harus bersinergi," tegas Politikus PDIP tersebut.