Tribunnews.com, Jakarta - Pemerhati perempuan dan anak, Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan, peringatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April bukan hanya soal sanggul dan kebaya.
"Peringatan Hari Kartini jangan hanya mengenai sanggul dan kebaya. Tapi bagaimana meningkatkan peran bersama, agar perempuan Indonesia berkualitas, cerdas, melahirkan anak yang sehat, dan menjadikan keluarga sejahtera," ujar Linda usai acara peringatan HUT ke-88 Anindyati Sulasikin Murpratomo di Kantor Kowani, Jakarta, Senin (20/4/2015).
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak era Kabinet Indonesia Bersatu II itu menjelaskan, masih banyak pekerjaan rumah masalah perempuan yang harus diselesaikan.
PR itu mulai dari tingginya angka kematian ibu melahirkan, perdagangan manusia, tingkat kesehatan perempuan, hingga pelecehan seksual.
"Pada 2009, jumlah pejabat eselon 1 perempuan hanya sembilan persen, kemudian pada 2014 meningkat menjadi 14 persen. Saya kira ini kemajuan. Ke depan, peran serta perempuan harus semakin ditingkatkan," kata dia.
Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan perempuan harus maju dan bermartabat. "Semua itu bisa dicapai melalui keluarga," ujar Giwo.
Giwo menambahkan perlu adanya upaya pemberdayaan perempuan di daerah-daerah tertinggal. Para perempuan di Tanah Air harus diberi kesempatan untuk ikut serta pada semua bidang.
"Sayangnya, banyak perempuan yang masih malu padahal mereka cerdas," tutur Giwo.