TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang berisi kritik dalam pembukaan Konferensi Asia-Afrika 2015 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (22/4/2015). Pidato Jokowi ini langsung mendapat sambutan meriah peserta KAA yang hadir.
Siapakah yang menyusun pidato itu? Ternyata, pidato itu disusun sejak lama oleh tim yang dinamakan tim substantif. Isi tim itu adalah Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto.
"Dibantu tim khusus, yaitu Rizal Sukma, Sukardi Rinakit, Teten Masduki," ungkap Andi di sela-sela acara KAA 2015, Rabu.
Rizal Sukma adalah Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS). Dia menyandang gelar doktor ilmu politik dari London School of Economics and Political Studies. Atas pemikirannya, Rizal pernah masuk sebagai 100 pemikir terkemuka dunia soal hubungan Islam dan negara.
Selama kampanye pemilihan presiden pada 2014, Rizal Sukma bergabung dalam Tim 11, yakni tim yang beranggota para pakar untuk memberi masukan kepada Jokowi atas berbagai isu strategis. Rizal Sukma merupakan penasihat dekat Jokowi untuk isu-isu politik internasional.
Sementara Teten Masduki selama ini dikenal sebagai salah satu pendukung Jokowi. Sebagai mantan aktivis antikorupsi, Teten dipercaya Jokowi untuk menjadi staf khusus Sekretaris Kabinet.
Adapun Sukardi Rinakit adalah peneliti yang bergabung dengan Soegeng Sarjadi Syndicate. Sukardi pernah menjadi penulis pidato Menteri Dalam Negeri dan analis politik Menteri Pertahanan. Ia pernah menjadi peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta.
Dari latar belakang pendidikan, Sukardi mengantongi gelar Doktorandus dari FISIP Universitas Indonesia, Magister dari National University of Singapore, dan Doctor of Philosophy (PhD) dari Political Science Department National University of Singapore.
Menurut Andi, dengan dibantu tim tersebut, Jokowi melakukan pembahasan pidatonya beberapa kali.
"Setelah draf awal ada, finalisasi dilakukan melalui beberapa pertemuan langsung dengan Presiden. Konsultasi final dengan Presiden dilakukan Minggu sore di Istana Merdeka," kata Andi.
Dalam pidatonya, Jokowi mencoba menumbuhkan kembali semangat perjuangan yang dirintis pada 60 tahun yang lalu. Dia menyebutkan, perjuangan itu belum selesai karena saat ini negara-negara Asia Afrika masih menghadapi sejumlah tantangan.
Selain itu, Jokowi mengkritik ketidakberdayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menghadapi ketimpangan global.
Penulis : Sabrina Asril