TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992 Sunarti mempertanyakan gagasan pembentukan Partai Buruh menjelang peringatan hari buruh (May Day) 1 Mei 2015.
Ia pesimis buruh akan membawa kaumnya menuju kesejahteraan.
"Saya takut, kawan-kawan nanti akan sama menjadi partai yang sudah ada. Kalau ini besar, semakin besar dan semerbak, biaya dari mana?," ujarnya dalam diskusi "Partai Politik untuk Buruh, Kebutuhan atau Kekecewaan", di Gedung Joang, kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (29/4/2015).
Sebelumnya, sontak beredar kabar wacana pembentukan partai buruh. Direncanakan deklarasi pembentukan partai tersebut akan dilaksanakan pada hari buruh 1 Mei 2015 mendatang.
Sunarti mengingatkan kepada teman-temannya sesama buruh untuk mengkaji lebih dalam lagi terkait pendirian partai buruh.
Menurutnya, hal tersebut agar partai tersebut takkan masuk ke dalam lubang yang sama nantinya.
"Jangan kita mencaci partai politik yang ada, mencaci presiden saat ini, ternyata kita akan menjadi seperti mereka," ujarnya.
Sejatinya, kata dia, partai buruh harus jadi alat perjuangan buruh, bukan menjadi alat bagi elit-elit aktivis buruh merebut kekuasaan untuk selanjutnya melupakan kaumnya.
Sementara dalam kesempatan yang sama, Ketua Pusat Perjuangan Rakyat Indonesia (PPRI) Sulthoni menilai perjuangan kaum buruh masih bersifat lokal.
Sehingga menurutnya, kelompok para buruh dianggap hanya sebatas memperjuangkan upah di setiap daerah-daerahnya lewat demonstrasi.
Kendati demikian, Mayday 2015, dianggapnya momentum untuk arus utama kekecewaan kaum buruh.
Menurutnya, saatnya kaum buruh bersatu demi mewujudkan kehendak perjuangan buruh di arena baru politik.
"Dua tiga tahun terakhir, wacana bikin partai memang sudah menguat. Sudah tidak dihindarkan lagi kaum buruh ambil perjuangan politik," ujarnya.