Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWSCOM, JAKARTA - Budayawan Goenawan Mohamad tidak setuju dengan hukuman mati.
Ia bersyukur terpidana mati kasus narkoba asal Filipina, Mary Jane Veloso (30), ditunda eksekusinya.
Ditemui di Galeri Nasional Jakarta, Senin (4/5/2015), dalam rangka konferensi pers perkembangan kinerja komite tamu kehormatan Frankfurt Book Fair 2015, Goenawan Mohamad menjelaskan alasannya kenapa tidak setuju terhadap hukuman mati.
"Ya begini ya, saya sangat menentang hukuman mati. Bapak saya dihukum mati oleh Belanda, tapi bukan karena narkoba. Jadi saya tahu bagaimana beratnya," kata pria berusia 73 tahun ini.
Lebih lanjut penulis yang dikenal lewat karyanya 'Catatan Pinggir' menjelaskan.
"Berbeda dengan orang Barat, di Eropa, di Perancis, kematian di sini kan biasa. Orang mati tertabrak motor tiap hari berapa, kena demam berdarah berapa, bencana alam berapa, mati itu hampir tiap hari terjadi. Tapi, kematian di Eropa itu tidak biasa apalagi hukuman mati."
Ia berharap hukuman mati dihapuskan, "Hukuman mati itu untuk membalas dandam, membalas kenjahatan, atau untuk mencegah? Kalau untuk menakut-nakuti kenapa disembunyikan? Kalau zaman dulu di tempat terbuka. Perancis zaman dulu dipotong di tengah keramaian," ujar pendiri dan mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo ini.
Goenawan juga mempertanyakan, "Jika dikecam jangan merasa kita ini harus meniru Barat, ngga. Kita punya sejarah sendiri. Kalau pak Jokowi memutuskan, dulu pak SBY juga memutuskan, jadi kenapa Jokowi yang dikecam? Sekarang baiknya memang tidak jadi presiden tidak dikecam dan tidak diputuskan. Saya bersyukur Marry Jane diselamatkan di saat terakhir," ujar pria yang mendapat Nieman Fellow di Universitas Harvard, AS tersebut.