TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat puluh lima menit Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif bersilaturahmi, Senin (29/6/2015), di kompleks Istana kepresidenan, Jakarta.
Dalam suasana santai Jokowi dan Buya Syafii bertemu membahas persoalan bangsa. Salah satunya adalah mengenai resuffle kabinet. Saran pun disampaikan Buya Syafii kepada Presiden Jokowi.
"Usul, ya, saran yah..resuffle, carilah para menteri yang petarung untuk bisa membantu presiden, jangan jadi beban," ujar Buya Syafii, usai bertemu Presiden di kompleks Istana Negara, Jakarta, Senin (29/6/2015).
Memang disadari tidak mudah. Apalagi bila melihat tiap partai politik pendukung memiliki jatah kursi di pemerintahan.
"Kita saran saja. Enggak mudah, sebab kan partai, itu kan sudah mereka punya jatah masing-masing. Sesungguhnya kalau para menteri itu betul-betul orang profesional dan punya visi jauh kedepan, beban presiden akan lebih ringan. saya sampaikan begitu tadi," katanya.
Menurut Buya Syafii, resuffle Kabinet bukanlah keinginan pribadi. Melainkan melihat kinerja selama delapan bulan terakhir ini. Pasalnya tidak banyak perubahan yang terjadi, apalagi melihat kinerja ekonomi.
"Selama 8 bulan kan tidak banyak perubahan, ekonomi Indonesia mundur, dunia juga begini, produk domestik kita juga menurun harganya, karet, sawit, tambang, itu juga menyebabkan ekonomi kita rendah, memicu pengangguran luar biasa itu," katanya.