TRIBUNNEWS.COM – Perkembangan teknologi mutakhir kini memerlukan satu prasyarat yang tidak main-main: kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Jika SDM tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi terkini, sudah bisa dipastikan teknologi tersebut tidak akan mampu digunakan secara maksimal.
Hal itu berlaku juga dalam hal teknologi nuklir.
Dengan perkembangannya yang luar biasa cepat, teknologi nuklir kini telah mampu berubah wajah dari yang semula hanya identik dengan senjata militer, menjadi satu perangkat yang mampu dimanfaatkan industri untuk tujuan nonmiliter.
Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN) pun menyadari hal ini. Teknologi nuklir yang sedang berkembang kini memerlukan kualitas SDM yang mumpuni agar mampu menangkap perubahan zaman.
Dengan visi nuklir ramah lingkungan yang diusungnya, BATAN pun senantiasa memperhatikan SDM yang berkualitas guna menghadapi tantangan zaman.
Salah satu bentuk perhatian BATAN terhadap SDM yang berkualitas adalah pendirian Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) di Yogyakarta pada tahun 2001.
Pendirian sekolah tersebut dilakukan guna menyiapkan kualitas SDM Indonesia yang mampu menjawab tantangan teknologi nuklir.
Memasuki usia ke-14 di tahun 2015 ini, STTN BATAN sendiri telah meluluskan ribuan wisudawan yang ahli dalam bidang teknologi nuklir.
Terakhir, sebanyak 77 Sarjana Diploma IV telah diwisuda untuk siap menyongsong masa depan teknologi nuklir Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Pelepasan 77 wisudawan tersebut dilaksanakan di kampus STTN BATAN, Jl. Babarsari, Yogyakarta pada Rabu (26/8/2015) silam.
Dalam acara yang dihadiri Rektor STTN BATAN Soetomo Budiarjo dan Kepala BATAN Djarot Wisnubroto tersebut, ke 77 wisudawan itu siap mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya untuk memajukan teknologi nuklir Indonesia.
Ke-77 wisudawan itu terdiri dari 72 mahasiswa yang berasal dari program reguler, sementara sisanya merupakan mahasiswa dari program tugas belajar.
Sebanyak 31 di antara wisudawan telah bekerja di berbagai sektor industri dengan keahlian teknologi nuklir yang dimilikinya.
Yang menjadi istimewa dalam wisuda tersebut adalah pemberian beasiswa kepada mahasiswa yang berasal dari Bangka Belitung.
Itu merupakan kali pertama BATAN memberikan beasiswa pada putra daerah yang berasal dari daerah yang terletak di dekat Selat Malaka tersebut.
BATAN memberikan beasiswa tersebut sebagai wujud komitmen BATAN memberikan kesempatan bagi putra-putri daerah yang hendak menjadi ahli teknologi nuklir profesional.
STTN BATAN mampu menyediakan wadah bagi mereka untuk mengembangkan kompetensinya lebih jauh lagi.
Rektor STTN BATAN Soetomo Budiarjo menjelaskan, para wisudawan STNN BATAN kini telah mampu berbicara banyak di berbagai sektor industri.
Hal itu merupakan sesuatu yang wajar, katanya, sebab kini banyak sektor industri yang memerlukan tenaga ahli di bidang teknologi nuklir.
Soetomo mengatakan, penggunaan nuklir dalam berbagai proses produksi industri cenderung mengalami peningkatan akhir-akhir ini.
“Industri kini lebih banyak menawarkan kesempatan. Seperti yang bergerak di bidang energi, pertambangan, dan lain-lain. Mereka semua membutuhkan ahli di bidang teknologi nuklir untuk mendukung kemajuan industri,” papar Soetomo.
Salah satu peneliti sedang memantau di atas kolam teras reaktor nuklir penelitian di fasilitas Reaktor Serba Guna GA Siwabessy yang dikelola Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Kompleks Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Tangerang Selatan, Banten. (Ilustrasi/Kompas/Iwan Setiyawan)
Hal tersebut merupakan prospek yang sangat cerah bagi STTN BATAN. Masuk akal kalau jumlah calon mahasiswa yang mendaftar ke sekolah tinggi tersebut cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Soetomo mengatakan dalam 2-4 tahun terakhir ini pendaftar STTN BATAN selalu naik.
“Tahun kemarin sekitar 1.200 pendaftar sementara tahun ini sekitar 1.400,” katanya.
Dahulu cikal bakal STTN BATAN hanyalah PATN (Pendidikan Ahli Teknik Nuklir) yang berfungsi mencetak teknisi nuklir yang mampu menghubungkan tenaga teknisi dengan peneliti.
Namun, seiring perkembangan zaman, kini STTN BATAN telah mampu menyiapkan SDM yang berkualitas guna memenuhi kebutuhan industri.
Soetmo mengakui jika dulu PATN hanya bertujuan mencetak teknisi guna keperluan intern BATAN, tapi kini semuanya telah berubah.
Industri sekarang telah mampu menyerap lulusan berkualitas dari STTN BATAN untuk berbagai keperluan dengan kepentingan ekonomi sebagai tujuan utama.
“Apalagi sekarang STTN BATAN anggarannya dibiayai pemerintah pusat dan ada programnya,” tambah Soetomo.
Program jurusan di STTN BATAN sendiri terbagi menjadi dua, Teknofisika Nuklir dan Teknokimia Nuklir.
Dua jurusan tersebut menjadi wadah bagi mahasiswa untuk memiliki keterampilan teknis guna pengembangan pemanfaatan nuklir di berbagai bidang, tak terkecuali lembaga penelitian atau industri seperti yang sedang marak dilakukan akhir-akhir ini.
Namun, meski para lulusan STTN BATAN telah mampu berbicara banyak di berbagai sektor industri, kepentingan untuk kebutuhan intern juga tidak dilupakan begitu saja.
Para lulusan tersebut tetap memiliki kesempatan berkarya di BATAN dengan variasi unit lembaga penelitian yang dimilikinya. Salah satunya di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) BATAN yang terletak di Serpong, Tangerang Selatan.
Dengan para lulusan STTN BATAN yang memiliki SDM berkualitas dan mampu berbicara banyak menghadapi tantangan perubahan zaman, visi nuklir ramah lingkungan yang diusung BATAN pun menjadi suatu cita-cita yang bisa diraih dalam beberapa tahun mendatang.
Optimisme, ketekunan, kerja keras, pemberian beasiswa bagi putra daerah, serta sinergi dengan berbagai pihak tentunya menjadi kunci untuk meraih cita-cita tersebut. (advertorial)