TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam waktu dekat Frankfurt Book Fair sebagai pameran buku terbesar dan tertua di dunia akan mengalami perubahan besar.
Penyebabnya karena industri buku akan berubah dari yang berbentuk cetak menjadi e-Book, buku elektronik.
Hal ini disampaikan Pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA di hari terakhir Frankfurt Book Fair, Minggu (18/10/2015), kepada pimpinan ICG (Perhimpunan Komunitas Indonesia Jerman untuk kultur dan bisnis), R Adriana, ketika mengunjungi stand Indonesia di hari terakhir.
"Apa yang kita lihat saat ini di Franfurt Book Fair adalah raksasa. Namun ini raksasa seperti dinousarus yang segera punah jika Frankfurt Book Fair tak mempersiapkan respon yang tepat menghadapi perubahan zaman," kata Denny JA dalam keterangan tertulisnya, Senin (19/10/2015).
Melihat tradisi panjang Frankfurt Book Fair yang sudah berusia 200 tahun, Denny percaya, respon yang tepat akan terjadi dan Frankfurt Book Fair akan ikut mengubah orientasinya.
Denny memberikan lima alasan yang mendasari analisisnya.
Pertama, tren prosentase penjualan e-Book dibandingkan buku konvensional.
Denny mengutip data dari dugcampbel.com. Di tahun 2008, penjualan e-Book di Amerika Serikat hanya di bawah 2 persen.
Namun di tahun 2013 meningkat menjadi 30 persen. Hanya dalam waktu 5 tahun, penjualan buku e-Book meningkat 1.500 persen.
"Tren yang terjadi di Amerika Serikat akan juga terjadi di belahan dunia lain karena bekerjanya arus perubahan yang sama," jelasnya.
Kedua, harga e-Book akan sangat jauh lebih murah karena tak memerlukan kertas dan tak memerlukan ongkos kirim.
Akibatnya untuk membaca buku yang sama, pembeli hanya perlu mengeluarkan dana sampai 10 persen saja ketimbang ia membeli buku cetak plus ongkosnya.
Menurutnya, tren bisnis selalu akan memihak kepada harga yang lebih murah dan efisien.
Lalu, e-Book dapat dibeli dengan cara yang jauh lebih cepat. Cukup dengan kindle book misalnya, detik itu dipesan, detik itu juga bisa dibaca oleh pembeli karena buku itu langsung terunduh secara elektronik.