TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus penyedapan bukan hal baru di Indonesia.
Tidak hanya pejabat publik, kasus penyadapan juga terjadi pada pengusaha dan warga negara Indonesia.
Salah satu kasus paling menghebohkan adalah penyadapan Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Tahun 2014.
Selain di Indonesia, kasus penyadapan juga ramai menjadi perbincangan dunia.
Seperti yang dibeberkan dokumen Wikileaks puluhan kepala negara telah menjadi korban penyadapan.
Bahkan, di akhir-akhir ini emalaim direktur CIA berhasil diretas oleh seorang pelajar SMA di Amerika Serikat.
Belajar dari kasus penyadapan yang membobol pertahanan negara itu, maka upaya pencegahan dan penangkapan perlu dilakukan.
Satu-satunya cara adalah dengan teknologi enkripsi.
"Teknologi enkripsi adalah satu-satunya caranya melindungi diri dari penyadapan. Itulah teknologi antisadap paling canggih saat ini," kata Agung S Bakti, President Direktur PT Indoguardika Cipta Kreasi, saat menjadi narasumber diskusi di bilangan Cikini, Jakarta, Jumat (30/10/2015).
Nah, menurut Agus PT ICK lahir dari riset-riset ekskripsi yang telah dirintis sejak tahun 2001 oleh sekelompok anak muda pegiat kriptografi.
Lalu tahun 2013 berdiri resmi PT ICK, perusahaan pengembang pertama di Indonesia yang mengkhususkan diri dalam teknologi enkripsi antisadap. Produk pertama yang diluncurkan adalah SMS Guard, layanan SMS antisadap.
Teknologi enkripsi, lanjut agung, akan memproses informasi dan komunikasi dengan algoritma tertentu. Data akan diacak sehingga hanya bisa dibaca pihak yang dituju yang mempunyai kuncinya.
Pada dasarnya, kata Agung, semua bentuk komunikasi yang ditransmisikan baik lewat kabel, Internet, gelombang radio bahkan satelit itu bisa disadap. Namun dengan teknologi enkripsi, data atau komunikasi tersebut tidak bisa dibaca oleh si penyadap. "Data yang dienkrip akan terlindungi dalam jutaan atau miliaran kode-kode acak yang sangat sulit dipecahkan," jelas Agung.
Untuk meminimalisir dan menjaga informasi sensitif dari sadapan asing dan pihak uang tidak bertanggungjawab, maka teknologi enkripsi buatan dalam dalam negeri diperlukan. "Karena itu, PT ICK hadir untuk memenuhi kebutuhan pertahanan bidang IT security ini," kata Agung.
Agung menegaskan, selama ini alat antisadap hanya diproduksi negara-negara barat. Karena itu, dengan enkripsi yang diproduksi Indonesia ini diharapkan negara bisa berdaulat, tidak bergantung dengan produk keamanan asing. "Kalau pakai produk luar kami tidak bisa garansi apakah itu aman," katanya.
Misalnya, dia mencontohkan, Amerika Serikat dalam Undang-undang Federal menyatakan bahwa sebagus apapun produk enkripsi harus bisa dibuka NSA. "Jadi kalau memberi alat keamanan dari AS, berarti harus bisa dibuka oleh NSA," tegasnya.
Namun pada 2 hingga 5 November 2015, ICK ditunjuk Kementerian Pertahanan memamerkan produk teknologi antisadap Indonesia ini dalam "Defence and Security Bangkok 2015". Bersama 11 perusahaan industri pertahanan nasional lainnya, ICK akan mewakili paviliun Indonesia dalam pameran pertahanan internasional ini.
Agung sangat mengapresiasi Kemenhan memfasilitasi hal tersebut. "Ini bukti dukungan pemerintah terhadap pengembangan produk teknologi enkripsi antisadap dalam negeri," imbuh Agus.