Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi tahun ini diyakini para ahli internasional tidak bisa ditanggulangi dengan cara apapun kecuali hujan.
Untuk itu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai satu-satunya pemilik teknologi modifikasi cuaca (TMC), atau yang dikenal dengan hujan buatan bakal diterapkan untuk menanggulangi bencana karhutla di pulau Sumatera dan Kalimatan.
Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru Widodo mengatakan, pihaknya bakal bekerja sama dengan TNI AU menerjunkan sejumlah pesawat untuk menyemai garam. Hal ini untuk memancing terjadinya hujan dilokasi kebakaran.
"Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah TMC atau hujan buatan efektif untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan? Sebagaimana yang telah disebutkan pada kebakaran hutan apalagi jika eskalasinya sangat hebat seperti tahun 2015 ini, tidak ada teknologi apapun yang mampu memadamkan kecuali hujan. Karena itu, teknologi hujan buatan harus diaplikasikan," kata Heru dalam pemaparan pelaksanaan hujan buatan BPPT Tanggulangi Bencana Karhutla di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (1/11/2015).
Menurutnya, dalam kondisi asap pekat seperti ini, asap bukan hanya berbahaya bagi manusia. Asap pekat juga jahat terhadap proses terjadinya hujan.
Heru memaparkan pertama, asap pekat menghalangi radiasi masuk ke permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan bumi tidak cukup hangat untuk membuat labil profil vertical temperature udara. Yang kedua ketika ada awan di suatu wilayah yang asapnya pekat, maka akan berebut uap air dan butiran awan sehingga awan akan selalu berada dalam fase semula.
"TMC atau hujan buatan akan berperan penting dalam meningkatkan efisiensi proses hujan, karena mampu mengubah awan yang berada pada fase mula memasuki fase dewasa hingga matang," kata Heru.