TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi III DPR akhirnya memilih Saut Situmorang sebagai salah satu Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Ternyata, Saut pernah mendapatkan pesan dari istri ketika mendaftar sebagai calon pimpinan (Capim) KPK.
"Istri saya bilang, 'papa jangan pulang sebelum penjarain koruptor', jadi saya enggak boleh pulang," kata Saut Situmorang di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat (18/12/2015).
Staf Ahli Kepala BIN itu mengaku sedang berada di rumah sakit saat Komisi III DPR melakukan voting Capim KPK. Saat itu, ia bersama keluarga menjenguk keponakan yang sakit.
Saut menyaksikan hasil Komisi III melalui televisi di rumah sakit.
"Kita menyaksikan di televisi, ada keluarga, kalau anak-anak lagi diluar kota," kata Saut.
Mengenai adanya ancaman koruptor, ia mengakui sulit bila mendapatkan ancaman fisik. Hal itu berbeda bila terdapat ancaman ideologi.
"Kalau ideologi jangan takut bisa berdebat, kalau intelejen, prajurit perang pikiran, berdebat gampang, yang susah fisik, ada perimeter, ada perimeter, hati-hatai, ngedengerin omongan orang susah juga," ujarnya.
Saut yakin ditengah kepadatannya memimpin lembaga antirasuah tetap dapat meluangkan waktu berolahraga untuk menjaga kesehatan.
"Saya main musik dan olahraga sejam setiap hari, bisa treadmill," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang staf ahli yang sudah 20 tahun bekerja untuk Badan Intelijen Negara (BIN) Thony Saut Situmorang berhasil lolos dan ditetapkan sebagai calon Komisioner KPK bidang Pencegahan.
Thony saat ini masih tercatat sebagai dosen S2 Kajian Strategik Intelijen Universitas Indonesia (UI).
Ternyata, dia tak hanya sekali ini saja dia mencoba peruntungan sebagai pimpinan KPK. Pada tahun 2007 dan 2010 dia ternyata pernah ikut seleksi, namun di dua kesempatan itu dia tidak terpilih, sehingga kembali memutuskan mengikuti seleksi calon pimpinan KPK pada tahun 2015 ini.
Saut juga diketahui menjabat sebagai Direktur PT Indonesia Cipta Investama.