TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengundang dua ketua umum Partai Golkar yang berseteru yakni Aburizal Bakrie (Ical) dan Agung Laksono.
Secara terpisah keduanya menemui Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan RI siang tadi.
Namun dalam pertemuan tersebut, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) yang juga merupakan mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar, tidak ikut menemani Presiden.
Kepada wartawan di kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Senin (11/1/2015), Jusuf Kalla mengaku tidak ikutan menemani Joko Widodo karena sebelumnya ia sudah berulangkali mengundang keduanya untuk membahas hal yang sama, yakni islah partai berlambang pohon beringin tersebut.
"Saya kan sudah sering. Biar presiden kali ini, saya kan sering ketemu," kata Jusuf Kalla dengan nada bercanda.
JK memastikan, dalam pertemuan tersebut hanya dibahas soal damainya Partai Golkar. Menurut Jusuf Kalla, soal reshuffle atau perombakan kabinet, sama sekali tidak dibahas baik dalam pertemuan Presiden dengan Ketua DPP Partai Golkar hasil Munas Ancol, Agung Laksono, maupun dalam pertemuan Presiden dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar versi munas Bali, Aburizal Bakrie.
Terkait proses islahnya kedua kubu, JK menuturkan strategi yang tengah diusahakan masih sama seperti sebelumnya yakni digelarnya munas. Pimpinan yang terpilih dalam munas tersebut, harus didukung semua pihak.
"Bukan munas bersama tapi satu munas, tapi sebelumnya pengurus (harus) dikonsolidasi," ujarnya.
Solusi untuk menggelar munas itu, tidak disetujui oleh Aburizal. Usai bertemu Presiden, Aburizal atau yang akrab dipanggil Ical menegaskan bahwa dirinyalah Ketua Umum partai yang sah. Hal itu sudah ditegaskan dalam putusan Mahkamah Agung (MA) pada 20 Oktober lalu.