Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) saat ini ramai diperbincangkan, terlebih di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Organisasi ini disebut-sebut menjadi dalang di balik hilangnya beberapa warga DIY yang diduga direkrut menjadi pengikut.
Nama Gafatar mencuat setelah hilangnya dr Rica Tri Handayani beserta anak sejak 30 Desember 2015.
Hingga akhirnya ditemukan Senin (11/1/2016) ditemukan di Pangkalan Bun, Kalimantan.
"Gafatar ini sudah dilarang, ini Ormas yang terlarang baik di Yogya maupun Sulawesi atas kesepakatan MUI, organisasi agama termasuk para tokoh agama," tegas Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Anton Charliyan, Selasa (12/1/2016) di Mabes Polri.
Lebih lanjut masih berkaitan dengan Gafatar, diutarakan Anton khusus di wilayah DIY, pihak kepolisian menerima ada enam laporan orang hilang.
Dari hasil penyelidikan, tiga diantaranya tidak ada kaitan dengan Gafatar.
Sementara tiga lainnya, diantaranya dr Rica diduga ada kaitannya.
"Di Yogya ada enam laporan, tiga tidak ada kaitannya dengan Gafatar, tapi soal ekonomi dan keluarga. Sementara yang dua lainnya (termasuk dr Rica) diduga ada hubungannya," tutur Anton.
Menurut Anton, dua warga DIY berinisial DI dan AL memiliki hubungan dengan Gafatar.
Saat ini Polri sedang mendata berapa sebetulnya kelompok Gafatar karena sudah tersebar di seluruh Indonesia.
Jenderal polisi bintang dua ini menjelaskan berdasarkan analisis kelompok ini mengintensifkan perekrutan terhadap mantan aktivis.
Khususnya anak muda dengan berbagai latar belakang profesi.
"Itu yang berhasil kami deteksi dengan demikian kami akan telusuri lebih jauh siapa sasaran Gafatar sendiri," ucapnya.
Lanjut dia, disamping itu mungkin ada kelompok radikal yang memang sudah ada alirannya.
"Berdasarkan pantauan kami ada sekitar 1058 orang masuk kelompok radikal," ucap Anton.
Berdasarkan penelusuran TRIBUNNEWS.com di laman situs resmi milik organisasi tersebut, www.gafatar.org, Gafatar diresmikan pada 21 Januari 2012 di Gedungt JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Disebutkan dalam situs tersebut, dukungan pembentukan Gafatar diperkuat dengan pernyataan 14 DPD oleh Ketua DPD Jawa Tengah saat itu, M Hadi Suparyono.
Tak hanya itu, dalam acara deklarasi tersebut, Ketua Umum Gafatar Mahful Tumanurung juga membeberkan visi dan misi organisasi tersebut.
"Berisikan uraian ketuhanan, kemanusiaan, tekad persatuan, persamaan hak, kerakyatan, keadilan, dan kebudayaan, dan nilai-nilai luhur budi pekerti yang terkandung dalam budaya Nusantara maupun Pancasila," demikian tulisan dalam laman situs tersebut mengutip pidato dari Mahful.
"Patut digaris bawahi, Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) didirikan bukan atas dasar kepentingan kelompok, golongan, aliran, suku, agama, kepercayaan atau ras manapun," begitu tulisan dalam laman situs tersebut.
Dalam sepak terjangnya, Gafatar kerap melancarkan kegiatan sosial, seperti yang terlihat pada laman situsnya.
Salah satu kegiatan yang dilakukan organisasi Gafatar adalah donor darah secara rutin sehingga membuahkan apresiasi tinggi dari Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta Selatan.
Selain itu, masih banyak kegiatan yang dilakukan oleh Gafatar dan dipajang di laman situs milik mereka.
Dalam laman situs tersebut disebut pula, organisasi Gafatar tersebar di 34 provinsi di wilayah Indonesia, salah satunya DKI Jakarta.