TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasang surut konstalasi politik Nasional, diwarnai dengan belum berakhirnya konflik PPP.
Manuver politik saling klaim terus bergulir meskipun Surat Keputusan (SK) kepengurusan PPP muktamar Surabaya sudah dicabut Kemenkumham RI.
Putusan MA yang memenangkan PPP Muktamar Jakarta pimpinan Djan Faridz, belum juga diterbitkan SK kepengurusannya oleh Kemenkumham sebagai kepengurusan yang sah.
Hal ini disikapi Ketua Umum PPP hasil Muktamar Jakarta, Djan Faridz sebagai bentuk penindasan terorganisir oknum pemerintah.
"Situasi sekarang ini tidak jauh seperti yang sudah digambarkan Tjokroaminoto dalam sajaknya bahwa Orang dapat menyuruhnya kerja, dan memakan dagingnya. Tapi kalau mereka tahu hak-haknya, orang pun akan menamakannya pongah, karena tidak mau ditindas," kata Djan Faridz di Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Djan Faridz menambahkan, pada tahun 1914, Tjokroaminoto menulis sajak di 'Doenia Bergerak' menggambarkan bagaimana keadaan bangsa Indonesia pada waktu itu: Lelap terus, dan kau pun dipuji sebagai bangsa terlembut di dunia.
Darahmu dihisap dan dagingmu dilahap sehingga hanya kulit tersisa.
"Apa yang terjadi di 2016 ini, sama apa yang digambarkan Tjokroaminoto dengan situasi yang terjadi pada tahun 1914," tutur Djan.
Djan Faridz mengatakan, dengan terus memberi semangat sahabat PPP menegakkan kebenaran sesuai konstitusi yang sudah dijalankan, PPP harus menjadikan Umat Islam tuan rumah di negeri sendiri.
"Terlebih PPP adalah partai Islam yang sudah lama ikut berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara," katanya.