Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa kampung di wilayah Jawa Barat kini menjadi sorotan karena banyak warganya yang menjual ginjal demi motif ekonomi.
Dua tersangka sindikat penjualan ginjal yang kini ditahan Bareskrim yakni AG dan DD mengisahkan awal mula mereka menjadi korban hingga terlibat menjadi sindikat.
Menurut penuturan dari Osner Johnson Sianipar, kuasa hukum keduanya, awalnya mereka nekat menjual ginjalnya pada tersangka HR karena terdesak kebutuhan ekonomi dan tidak memiliki pekerjaan.
Kala itu, AG dan DD menjual ginjalnya seharga Rp 90 juta. Lalu karena tergiur dengan persenan dari HR, akhirnya AG dan DD menjadi tangan kanan HR yang bertugas menjadi perantara dan merekrut korban-korban.
"Awalnya AG dan DD ini korban, tapi lama-lama malah gabung dengan HR mencarikan orang untuk mendonorkan ginjal. Yah mereka tertarik dengan keuntungannya. Selama ini keuntungannya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka," beber Osner saat dihubungi Tribunnews.com kemarin.
Ditanya soal bagaimana cara AG dan DD mencari korban, diungkapkan Osner mereka mencari korban ke pelosok-pelosok kampung di wilayah Jawa Barat seperti Soreang, Majalengka, dan lainnya. Bahkan di kampung keduanya pun, ada beberapa warga yang sudah menjual ginjal mereka pada HR melalui AG dan DD.
"Jadi AG dan DD ini datang ke Kampung-kampung mereka cerita dari mulut ke mulut meyakinkan warga untuk menjual ginjal mereka. Hidup dengan satu ginjal tidak masalah, buktinya AG dan DD yang jual ginjal juga sehat-sehat saja. Tapi memang hanya pas kerja berat sedikit kelelahan tapi tidak sampai ambruk," tuturnya.
Osner menambahkan AG dan DD mencari warga di kampung yang memang miskin dan hidup susah sehingga mereka gampang terbujuk rayu karena iming-iming ginjal mereka akan dibayar hingga puluhan juta.
"Ini sudah seperti bisnis marketing, awalnya HR menawarkan ke AG, AG mau lalu melebar dan merembet ke DD," tegasnya.
Mengenai prosedur pengecekan ke rumah sakit, dikatakan Osner keduanya tidak terlalu memahami karena itu adalah tugas dari HR yang banyak mengenal dokter serta pihak rumah sakit.
Nantinya korban-korban dari kampung dibawa ke beberapa klinik dan rumah sakit di Bandung menjalani pemeriksaan jantung, darah, dan lainnya. Apabila cocok barulah operasi tranpalansi dilakukan di rumah sakit di Jakarta yang merupakan rumah sakit besar serta ternama baik pemerintah maupun swasta.
Sementara itu, mengenai siapa penerima ginjal dijawab Osner kliennya sama sekali tidak tahu pasalnya penerima ginjal dirahasiakan. Dan yang mengetahui penerima ginjal ialah pihak rumah sakit karena disana dilakukan pendataan dan rekam medik.
"Klien saya hanya tahu penerima ginjal ada yang di Jakarta, Lampung, dan banyakan di luar daerah. Ada diantaranya yang pengusaha," singkatnya.