Bagian pengatur cahaya yang masuk ke mata dengan cara mengatur lebar bukaan iris itu bekerja dengan mengukur cahaya keseluruhan di lingkungan sekitar, bukan obyek yang paling terang.
Alhasil, saat memandang gerhana yang diselimuti langit gelap, pupil mata justru melebar sehingga jumlah cahaya yang masuk dan terfokus di retina meningkat.
Padahal, intensitas cahaya di bagian matahari yang tidak tertutup bulan sewaktu gerhana (baik saat gerhana sebagian maupun "cincin" saat gerhana total) sama dengan waktu-waktu biasa.
Cahaya kuat dari matahari pun bebas melenggang masuk ke mata tanpa bisa dicegah, dan mulai merusak retina.
Proses ini berlangsung tanpa rasa sakit sehingga kerap membuat orang tak sadar matanya mulai rusak.
Cara melindungi mata
Lalu, bagaimana caranya agar bisa menyaksikan gerhana matahari dengan aman? Mudah saja.
Apabila ingin melihat langsung dengan mata, gunakan kacamata khusus yang dirancang untuk melihat gerhana.
Kacamata-kacamata gerhana ini dijual di beberapa toko buku Gramedia dan bisa pula diperoleh lewat sejumlah e-commerce di Indonesia.
Jangan memakai kacamata hitam biasa karena cahaya matahari yang menembus masih terlalu kuat.
DOK GRAMEDIA - Kacamata khusus untuk menyaksikan gerhana matahari yang dijual khusus di Gramedia.
Observasi secara tidak langsung bisa dilakukan dengan memakai teleskop.
Caranya bukan meneropong dengan mata karena justru berbahaya, tetapi dengan memproyeksikan cahaya dari teleskop ke bidang rata berwarna putih, seperti kertas atau karton.
Metode pengamatan lain yang bisa dicoba adalah dengan membuat "pinhole".
Selain itu, kita bisa pula mengamati gerhana lewat fasilitas live view atau LCD di kamera digital. Namun, kamera pun memerlukan proteksi khusus.(*)