Karena energi yang dikonsentrasikan lensa menghasilkan panas. Sehingga jika memaksakan membuka mata lalu menatap Matahari terlalu lama, retina bisa jadi terbakar.
"Seperti kaca pembesar yang bisa membakar kertas, jika dihadapkan dengan Matahari. Kita tidak merasa tahu‑tahu bisa jadi buta, apalagi ini momentum Gerhana Matahari total," ujarnya.
Mengingat dosis cahaya Matahari sangat kuat pada proses Gerhana Matahari total, maka tidak disarankan masyarakat melihatnya dengan mata telanjang.
Terkecuali imbuhnya, saat momentum Matahari tertutup total, masyarakat justru bisa melihat dengan mata telanjang.
Pada saat momentum Gerhana Matahari total, ucapnya, kita bakal menyaksikan korona yang indah, jika beruntung dapat melihat planet yang terang di sekeliling Matahari.
Tapi perlu diingat harus diketahui kapan momentum total tersebut.
"Jangan sampai kelewatan, mentang‑mentang masih bagus kita tak sadar Matahari kembali terbuka," dia ingtakan.
Karena itu dia mengimbau masyarakat dapat menyaksikan fenomena tersebut di tempat‑tempat yang disediakan oleh pemerintah atau lembaga swasta yang tengah melakukan pengamatan atau penelitian.
Jika dilakukan hal tersebut dirasa lebih aman, karena tentu akan ada peringatan dari pihak‑pihak yang bersangkutan.
2. dr Armanto Sidohutomo SpM, dokter spesialis mata
Hal senada juga disampaikan Dokter spesialis mata meminta agar masyarakat tak melihat langsung atau dengan mata telanjang proses Gerhana Matahari pada Rabu (9/3/2016) pagi.
Alasan hal tersebut tak boleh dilakukan karena proses gerhana matahari secara langsung sangat membahayakan mata.
Matahari yang dihalangi bulan akan memancarkan cahaya yang tajam ke arah mata.
“Sama halnya kayak laser kalau diarahkan ke mata, tidak nyeri, tapi bisa mengakibatkan kerusakan makula."