Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indonesia diprediksi akan kedatangan momen langka pada bulan Maret mendatang. Sebab Gerhana Matahari Total (GMT), sedikitnya melintasi 11 provinsi di Tanah Air.
Momen itu sangat langka. Bahkan bisa hanya sekali seumur hidup.
Tapi seberapa bahaya kah, bila masyarakat menapat fenomena itu dengan mata telanjang?
1. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Andi Eka Sakya
Andi menjelaskan jika melihatnya pada saat fase GMT terjadi, maka melihat tidak berbahaya.
Namun Sebaliknya, akan menjadi sangat berbahaya jika seseorang melihat langsung saat baru gerhana sebagian. Apalagi melihatnya dalam durasi yang lama.
Karenanya, Andi mengimbau masyarakat menghindari melihat fase gerhana sebagian ini. Jangan melihat langsung ke arah waktu yang lama dalam fase ini.
fase itu menjadi bahaya karena paparan cahaya matahari dengan intensitas tinggi akan menembus mata dan merusak lapisan retina mata yang berisi syaraf sensitif.
Padahal, retina mata tidak memiliki sensor sakit, sehingga banyak orang cenderung mengabaikan dengan menatap langsung ke matahari dan tidak menyadari matanya sedang berada dalam keadaan bahaya.
Kerusakan pada retina akan dirasakan dalam bentuk penglihatan yang kabur selama beberapa jam sampai minggu.
Tak cuma itu, kerusakan mata secara permanen pun dapat terjadi. Bahkan sampai menyebabkan kebutaan.
Untuk itu, cara yang paling aman mengamati matahari saat proses gerhana dengan menggunakan kacamata yang dilengkapi filter khusus.
Sedangkan kaca mata hitam biasa, film foto, film rongten, bukanlah alat yang aman untuk melihat matahari.