TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Mantan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah kecewa dengan pemecatan terhadap dirinya.
Mata Fahri berkaca-kaca saat menceritakan akun Whatsapp dirinya dikeluarkan dari grup WA PKS. Ia mengaku terkejut sudah tidak lagi mendapat pengakuan dari kolega partainya.
Dia tidak mengira pemecatan dirinya berimbas pada dengan tidak lagi dilibatkan dalam diskusi internal partai lewat obrolan grup WA tersebut.
"Tiba-tiba saya dikeluarkan dari banyak grup WhatsApp kader. Mereka dilarang mendiskusikan saya," ujar Fahri melalui akun Twiter miliknya.
Lebih dari, lanjut Fahri, dirinya tidak habis pikir sampai-sampai para pengurus PKS dan kader yang duduk di DPR diminta oleh petinggi PKS agar memutus komunikasi denganya.
"Ini saya seperti diusir. Tapi, ada juga yang minta maaf. Katanya, 'Nih terpaksa dikeluarkan karena ada instruksi.' Kok seperti anak-anak. Karena handphone saya sibuk terus, begitu saya masuk ke grup Whatsapp itu, tahu-tahu ada tulisan penjelasan di bawah, 'You no longer this group'. Sampai segitunya," ucap Fahri dengan mata berkaca-kaca.
Fahri mengaku tidak kikuk dengan para pengurus maupun teman-teman satu fraksi, PKS, di DPR, pasca-dirinya diberhentikan dari partai. "Kalau dengan fraksi biasa aja lah. Kita sudah dewasa. Komunikasi dengan teman sefraksi harus. Dan bagi saya, mereka itu orang baik semua," akunya.
Ia justru ikut sedih lantaran begitu banyak dukungan dari kader dan simpatisan atas kejadian politik yang menimpanya ini. Mereka berasal dari kader PKS di dalam negeri dan luar negeri menyampaikan dukungan melalui SMS dan WA.
"Kalau saya biasa orangnya. Tapi, banyak yang canggung dari teman-teman. Karena mereka isi SMS dan WA japri (pribadi) pakai emoticon keluar air mata. Mereka dari dalam dan luar negeri," ungkapnya.
"Padahal, lima hari sebelum saya dipecat, saya sempat mengisi pengajian untuk kader di Eropa via Skype, di Prancis dan Belanda. Tapi, tiba-tiba sekarang 'selesai' dengan partai. Istilahnya, aku kamu end," selorohnya.
Bahkan, ada sejumlah kader yang sampai menangis saat berpisah dengan dirinya seusai pertemuan di Palembang, Sumatera Selatan beberapa hari lalu.
"Kalau dengan teman-teman fraksi saya nggak kikuk. Tapi, dengan teman dan kader yang di kampung-kampung, kantong-kantong tempat teman saya. Kikuknya, ada perasayaan dari mereka bahwa keputusan ini tidak pernah dibayangkan sebelumnya sehingga seolah-olah saat bertemu atau kirim pesannya seperti saat ini sudah berpisah. Kemarin saat saya pulang dari Palembang. Saya dipeluk teman di sana seperti orang yang nggak akan bertemu lagi seumur hidup. Seperti orang yang melepas orang haji pada zaman dulu. Mereka pada menangis dan terharu. Yah itu biasa lah, namanya orang kaget," paparnya.