"Mereka masih di samping, dikasih kode kapal untuk berhenti, kita ikuti berhenti. Saat mereka naik, mereka semua panggil kami, disatukan, yang di bawah lagi istirahat juga dipanggil semua ke atas. Kita sempat diikat, saya diborgol sama kapten, karena mereka tak tahu cara mengoperasikan kapal, kapten bawa kapal, saya disampingnya," ujar bapak dua anak ini.
"Pas itu kita tidak ada perlawanan. Ada mungkin salah satu yang bisa kita ajak komunikasi, kita tawarkan, kita tidak akan melawan, 'kita bisa kerja sama, apa yang pak cik mau, kita ikutin, tapi bisa nggak kita dilepasin?' akhirnya dilepas borgol dan ikatannya," katanya.
Alfian juga mengatakan para penyandera memberi ABK kepercayaan.
"Kita kasih kepercayaan, kalau begitu kita lepas, tapi saya minta jangan ada yang lari. Kalau ada satu yang lari, kena tembak, sembilan lainnya juga akan sengsara," ujarnya.
Setelah itu, mereka dibawa ke hutan dan tinggal di sana.
"Mereka sempat minta nomor telepon kantor, kapten yang bisa jelasin semua. Karena proses dari pertama sampai terakhir itu dia," kata Alfian.