Sementara Akbar Tandjung mengatakan dirinya sudah mendesain sekolah tersebut sejak 11 tahun lalu.
Ia ingin memberikan sumbangsih bagi pendidikan politik dan demokrasi.
Akbar terlihat penuh senyum saat berpidato.
Istri Akbar Tandjung, Krisnina Maharani, mendengar seksama pidato suaminya dari tempat duduk peserta.
"Kita harus hidupi kembali haluan negara. Sekolah kepemimpinan bangsa ini tidak lain punya visi memberikan pelajaran politik dan bimbingan politik dan isu-isu yang berkaitan dengan kehidupan bangsa," jelasnya.
Sekolah tersebut akan melangsungkan pendidikan angkatan pertama selama dua bulan.
Dimana satu hari terdiri dari dua sesi pertemuan dengan tema yang berbeda.
"Peserta sekolah mencerminkan kemajemukan kita. Ada dari berbagai mahasiswa semua agama," kata Akbar.
Oesman Sapta Odang (OSO) yang diminta berpidato ikut mengenang kelompok Cipayung.
Ia mengaku rumahnya kerap kali menjadi tempat pertemuan para aktivis.
"Sampai kita kawinkan seorang HMI dan GMNI. Itu kelakuan saya dulu suka jodoh-jodohin orang. termasuk jodoh-jodohin partai," kata OSO.
Menurut OSO, Akbar Tandjung seharusnya sudah beristirahat dari dunia politik.
Namun, kata OSO, hati Akbar tergelitik dimana Pemimpin Indonesia tidak muncul.
"Makanya ia bangun sekolah khusus orang-orang politik," katanya.
OSO mengingatkan rasa kebangsaan kini hanya tinggal 40 persen.