News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mahfud MD: Kata Gus Dur, Akbar Tandjung Seperti Belut Kecemplung Oli

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Akbar Tandjung

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Senior Golkar Akbar Tandjung tak pernah hilang dari gelanggang politik nasional.

Namanya terus menghiasi media massa meskipun sudah tidak lagi menjadi pejabat negara.

"Seorang tokoh yang sering dijuluki enggak ada matinya. Gus Dur bilang bang Akbar paling hebat seperti belut kecemplung oli selalu bisa menghindar dan bertahan," kata Mahfud MD di Akbar Tandjung, Jakarta, Selasa (3/5/2016).

Mantan Ketua DPR itu kini membuka sekolah 'Kepemimpinan Politik Bangsa' yang bertempat di Akbar Tandjung Institute.

Peserta angkatan pertama berasal dari organisasi yang tergabung dalam kelompok Cipayung Plus.

Seorang pengajarnya Mantan Ketua MK Mahfud MD.

Dalam peresmian sekolah tersebut hadir berbagai kelompok antara lain HMI,GMNI, GMKI dan PMKRI.

Sedangkan tokoh yang mengikuti acara itu diantaranya Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang, Wasekjen PDIP Ahmad Basarah, Mahfud MD, dan Ketua BKSAP Nurhayati Ali Assegaf.

"Di usianya yang sudah 70 tahun sudah bisa bangun sekolah politik bangsa," imbuh Mahfud.

Mahfud menuturkan bangsa Indonesia sering terancam karena persoalan primordial.

Hal itu terkait perbedaan ras, suku, kedaerahan dan bahasa.

Ia melihat langkah yang dilakukan Akbar Tandjung ingin merawat agar primordialisme tidak terjadi di Indonesia.

"Primordial harus diredam. Permainan politik harus ada dalam koridor, bertarung di politik tapi kalau satu babak selesai ya jangan diteruskan, selesai," imbuh Mahfud.

Sementara Akbar Tandjung mengatakan dirinya sudah mendesain sekolah tersebut sejak 11 tahun lalu.

Ia ingin memberikan sumbangsih bagi pendidikan politik dan demokrasi.

Akbar terlihat penuh senyum saat berpidato.

Istri Akbar Tandjung, Krisnina Maharani, mendengar seksama pidato suaminya dari tempat duduk peserta.

"Kita harus hidupi kembali haluan negara. Sekolah kepemimpinan bangsa ini tidak lain punya visi memberikan pelajaran politik dan bimbingan politik dan isu-isu yang berkaitan dengan kehidupan bangsa," jelasnya.

Sekolah tersebut akan melangsungkan pendidikan angkatan pertama selama dua bulan.

Dimana satu hari terdiri dari dua sesi pertemuan dengan tema yang berbeda.

"Peserta sekolah mencerminkan kemajemukan kita. Ada dari berbagai mahasiswa semua agama," kata Akbar.

Oesman Sapta Odang (OSO) yang diminta berpidato ikut mengenang kelompok Cipayung.

Ia mengaku rumahnya kerap kali menjadi tempat pertemuan para aktivis.

"Sampai kita kawinkan seorang HMI dan GMNI. Itu kelakuan saya dulu suka jodoh-jodohin orang. termasuk jodoh-jodohin partai," kata OSO.

Menurut OSO, Akbar Tandjung seharusnya sudah beristirahat dari dunia politik.

Namun, kata OSO, hati Akbar tergelitik dimana Pemimpin Indonesia tidak muncul.

"Makanya ia bangun sekolah khusus orang-orang politik," katanya.

OSO mengingatkan rasa kebangsaan kini hanya tinggal 40 persen.

Rasa tersebut sudah mulai menurun dan ditinggalkan masyarakat.
Dampaknya, masyarakat jadi mudah diadu domba.

"Yang kita takutkan kalau Bang Akbar sudah tidak ada. Maka inilah gunanya agar ada Akbar-Akbar selanjutnya," katanya.

Sedangkan Wasekjen PDIP Ahmad Basarah melihat Akbar sudah menjadi negarawan tidak lagi sekedar politikus.

"Kalau politisi memikirkan pemilu, kalau negarawan memikirkan generasi berikutnya. Dia (Akbar) memikirkan generasi bangsa," tutur Basarah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini