TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mengkhawatirkan konsep Bela Negara yang dicanangkan Kementerian Pertahanan RI bisa mencederai relasi sosial.
"Kami melihat agenda ambisius ini akan menjadi bentuk eksistensi wajah Orde Baru," ujar Puri Kencana Putri, Wakil Koordinator KontraS, Senin (13/6/2016).
Dalam jumpa pers yang digelar di kantor KontraS itu, Puri mempertanyakan mengapa tentara melatih preman terlebih dulu pada program Bela Negara.
"Dengan semangat membangun karakter bangsa yang melalui pelatihan kelompok paramiliter dan preman sebagaimana yang kini terjadi di Bali, tentu tidak serta-merta menyepakati ide dan implementasi Bela Negara mengingat wacana ini tidak punya urgensi untuk dilaksanakan," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Direktur Imparsial, Al Araf yang mengatakan konsep Bela Negara masih belum jelas.
"Problem dalam konteks Bela Negara dan problem kekhawatiran kita waktu Bela Negara itu kan sudah muncul dan terjadi hari ini di Bali, dimana problem komunisme dan homoseksual jadi problem domain dalam isu Bela Negara yang menurut saya kurang tepat," ujar Al Araf.
Mengingat problem tersebut, menurutnya, Bela Negara harus mampu ditafsirkan secara lebih luas.
"Jadi secara prinsip tidak ada yang menolak soal keinginan membangun Bela Negara tetapi jangan ditafsirkan sempit," ujarnya.