Eli terakhir bertemu Tito saat temannya itu menjabat Kapolda Metro Jaya. Ia sampai harus menjalani pemeriksaan berlapis-lapis sebelum bisa bertemu sahabatnya itu. Sepulang dari sana, Eli membawa serta dua foto seukuran buku tulis.
“Rasanya bangga, kawan waktu kecil (jadi calon Kapolri), puas. Kita tidak tercapai cita-cita, tetapi ada kawan yang berhasil,” ungkapnya.
Pada kelas 3 Sekolah Dasar, Tito dan keluarga pindah rumah. Msaih di Jalan PSI Kenayan, lokasinya hanya berjarak 100 meter dari tempat sebelumnya.
Rumah kedua ini lebih bagus, berdinding bata terdiri dari dua lantai, lokasinya di pinggir jalan raya.
Tribun Sumsel menjumpai ibu kandungnya, Hj Kordiah di ruang belakang rumah bercat cream ini. Foto-foto Tito semasa menjabat Kapolda Papua banyak dipajang di dinding ruangan belakang rumah.
Kordiah, dijumpai sedang duduk santai di ruang belakang rumah. Rumah ini tampak asri, ruangan belakang rumah tanpa dinding sehingga sirkulasi angin sangat baik. Di dekat Kordiah duduk terdapat kolam ikan dengan air yang jernih.
Ibu Tito semasa muda adalah bidan di Puskesmas Karang Anyar, tidak jauh dari rumahnya. Lahir dari keluarga sederhana sehingga tidak ada yang menyangka bahwa dia bakal jadi orang nomor satu di Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
“Minta-minta lah (jadi kapolri). Senang, saya setuju,” ujar Kordiah tentang anaknya.
Tito sewaktu kecil menurut Kordiah, sama seperti anak kebanyakan. Sekolah, bermain, dan belajar. Tetapi anak nomor duanya ini memang lebih cepat tanggap, selalu fokus setiap mendengarkan penjelasan guru di kelas.
Tito selalu mendapat peringkat satu setiap di kelas. Atas prestasi ini, beberapa guru-gurunya sengaja mendatangi rumahnya dan bertemu Kordiah. Menanyakan bagaimana cara mendidik anak sehingga bisa pintar.
Setelah menamatkan sekolah di SMA Negeri 2 Palembang, Tito melanjutkan rencana sekolah ke Jakarta. Ia memilih mengikuti tes Hubungan Internasional dan Kedokteran Universitas Indonesia. Semuanya dinyatakan lulus.
Kordiah yang lama menekuni profesi bidang waktu itu menyarankan Tito untuk mengambil kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
"Saya kan bidan, makanya saya sarankan ambil kedokteran. Tetapi dia (Tito) berrkata nanti ibu keluar uang banyak untuk biaya. Tito tidak mau dia jadi beban," ujar Kordiah.
Tito kemudian memilih ikut pendaftaran Akabri. Pilihan ini tidak salah, Tito mendapat penghargaan Adi Makayasa sebagai lulusan terbaik. Ia sekarang juga menjadai calon tunggal yang diusulkan Presiden Joko Widodo sebagai Kapolri.