Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi Munawar menilai penyanderaan tujuh warga Samarinda oleh Kelompok Abu Sayyaf, harus menjadi perhatian pemerintah dalam merumuskan strategi pengamanan yang lebih komprehensif di sepanjang perairan Filipina.
"Pemerintah harus segera merumuskan strategi pengamanan jalur pelayaran yang rawan sepanjang Indonesia - Filipina dengan pihak-pihak terkait baik, di dalam negeri maupun secara regional. kita selama ini fokus pada kejadian dan penyelamatan (reaktif), namun kurang perhatian terhadap pencegahan gangguan (preventif), " kata Rofi melalui keterangan tertulis, Minggu (26/6/2016).
Rofi meminta pemerintah membuka jalur komunikasi dan koordinasi yang lebih intensif dengan pemerintah Filipina agar melakukan langkah-langkah konkrit dalam meredam kejahatan yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayaf. Beragam kejadian perompakan hingga pembunuhan yang terjadi, harusnya menjadi perhatian serius bagi pemerintah Filipina untuk secara sungguh-sungguh melakukan tindakan.
"Kelompok Abu Sayyaf ini merupakan kelompok yang sangat cair, jika diperhatikan mereka melakukan perompakan lebih banyak bermotif ekonomi dan merusak jalur distribusi perdagangan dengan mengirimkan pesan ketakutan," ujar Politikus PKS itu.
Anggota DPR RI dua periode ini juga meminta pemerintan untuk melakukan langkah mitigasi secara dini terhadap jalur perdagangan yang ada. Oleh karena itu, Rofi menyayangkan terjadinya tiga kali penyanderaan warga dalam satu tahun terakhir oleh kelompok Abu Sayyaf.
“Saya juga menyesalkan adanya kurang koordinasi antar instansi di lingkungan pemerintah dalam menanggapi kejadian penyanderaan tujuh warga negara Indonesia (WNI) asal Samarinda,” jelas Rofi.
Sebagai informasi, sebanyak tujuh warga Samarinda disandera oleh kelompok militan Abu Sayyaf di Perairan Filipina. Ketujuh orang tersebut merupakan anak buah kapal tunda (tugboat) Charles, milik perusahaan pelayaran PT PP Rusianto Bersaudara