TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk ketiga kalinya, pelaut asal Indonesia diculik kelompok bersenjata di perairan Filipina Selatan.
Korban terakhir adalah tujuh awak kapal TB.Charles, yang diculik Senin (20/6/2016), pekan lalu.
Sebelumnya, pemerintah sudah mengeluarkan moratorium terhadap pelayaran ke Filipina.
Menurut Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, kapal TB.Charles telah melanggar moratorium tersebut.
"Dia sudah melanggar moratorium, rute sudah kita kasih, dia memotong rute yang aman," ujar Gatot kepada wartawan, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (27/6/2016).
Semua kapal Indonesia yang disambangi perompak tahun ini adalah kapal yang membawa batu bara.
Dimana 98 persen batu bara dari Filipina, adalah dari Indonesia.
Menurut Gatot, pemerintah Filipina juga berkepentingan atas pelayaran tersebut. Pasalnya bila tidak ada kapal dari Indonesia, otomatis pasokan batu bara Filipina akan terganggu.
Sebelumnya, Indonesia, Malaysia dan Filipina sudah bersepakat untuk menangani keamanan bersama di sekitar perairan Filipina Selatan.
Kesepakatan tersebut dicapai dalam pertemuan di Jogja pada 5 Mei lalu.
"Kalau kita tidak kirim tergantung mereka, kalau mereka jamin, kita kirim," ujar Gatot.
Pertemuan tersebut dipimpin Presiden Joko Widodo. Sedangkan dari pihak Filipina hadir Menteri Luar Negri (Menlu) Filipina, Jose Rene D Amendras dan Plt Panglima Filipina, Caesar C Taccad AFP.
Terkait kasus TB.Charles, Gatot mengakui pemerintah Filipina sangat terbuka.
Namun setelah Presiden Rodrigo Duerte, terjadi perombakan kabinet. Pemerintah Indonesia baru bisa berkordinasi dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Filipina yang baru, pada 30 Juni mendatang setelah dilantik.
"(Koordinasi) belum sama calon Menhan, besok ini tanggal tiga puluh (juni) sama Menhan yang definitif (akan berkordinasi)," terangnya.