TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - wajahnya terlihat kusut dengan mata yang juga terlihat sayu. Sambil merebahkan badan di atas tikar di halaman sebuah SPBU di Kendal, Jawa Tengah, pria bernama Joko Lucianto itu mengisahkan pahitnya perjalanan mudik Lebaran-nya tahun ini.
"Bener-bener apes. Butuh waktu 36 jam untuk mudik naik motor dari Depok ke kampung halaman di Boyolali. Lebih apes lagi saya beli bensin Rp 50.000 per liter," kisah Joko kepada kerabatnya melalui telepon.
Dari atas tikar plastik di lokasi parkiran SPBU, Joko Lucianto lantas mengisahkan kisah pedih perjalanan mudiknya.
Joko yang bekerja di perusahaan produsen madu menceriterakan, ia berangkat bersama istrinya, Yuna pada Senin (4/7/2016) pagi sekitar pukul 06.00 WIB.
Sebelum berangkat, Joko mengisi penuh tanki motor Honda Vario yang berkapasitas 3,5 liter.
Kedua anaknya telah lebih dulu dititipkan kerabat yang mudik.Jado mudik tahun ini Joko hanya berdua dengan istrinya.
Barang-barang pribadi dan oleh-oleh yang dimasukkan tas lalu diikat di bagian belakang sepeda motor berwarna putih hijau dengan dilapisi kayu sebagai penahan beban.
Motor berkapasitas 110 cc itu lantas dipacunya dari kawasan Sukatani, Depok menuju Cepogo, Boyolali.
Di pagi yang cerah, perjalanan dari Depok mengarah Cirebon ditempuhnya selama hampir 6 jam. Perjalanan tersebut cukup lancar.
Lantaran motor Varionya hanya berkapasitas 3,5 liter, Joko tiga kali mengisi bensin.
Selepas Cirebon mengarah Brebes, jalanan mulai padat.
Dengan penuh semangat, Joko terus memacu motornya demi sampai kampung halaman.
Namun nahas, begitu sampai jalan raya di Kota Brebes, kondisi macet total.
Meski hanya mengendarai sepeda motor, perjalanan praktis tak bergerak lantaran kendaraan penuh sesak di jalan.
Berjam-jam lamanya motor Varionya bergerak pelan mirip siput beringsut di atas aspal.
Hal serupa juga dialami ribuan mobil dan sepeda motor yang hendak mengarah ke Timur.
SPBU di Kota Brebes dikerubungi seratusan kendaraan yang mengular untuk membeli bahan bakar.
Joko baru tahu bahwa ribuan mobil yang antre beli BBM Itu adalah mobil yang sebelumnya terjebak kemacetan parah di Tol Kanci-Pejagan.
Sebagian besar mobil yang keluar dari pintu keluar gerbang tol Pejagan atau Brebes, telah kehabisan BBM karena terjebak kemacetan belasan jam di tol Pejagan.
Joko baru sadar bahwa bahan bakar di tanki motornya semakin menipis setelah terjebak macet parah di Kota Brebes.
Joko semakin panik lantaran SPBU penuh pembeli. Terlebih pengelola SPBU di sepanjang jalan di Kota Brebes memasang plang BBM telah habis.
Joko ingat betul, premium di sepeda motornya telah habis pada Selasa (4/7/2016) dinihari sekitar pukul 00.05 WIB.
Sambil mendorong sepeda motornya, Joko ikut antre. Hujan malam pun tak dihiraukan demi mendapatkan bensin.
"SPBU sudah penuh sesak. Saya mengantre 4 jam lamanya. Hujan pun saya tetap berdiri sambil mendorong sepeda motor," kenang Joko.
Selama 4 jam mengantre, Joko tetap berusaha berdiri sambil.mendorong sepeda motor. Tak hanya Joko,ratusan pengendara motorĀ lain juga nekat bertahan meski hujan dan dingin menerpa tubuhnya.
"Bahkan ada yang sampai motornya terjatuh karena pemilik yang antre BBM tertidur sambil berdiri," ujar Joko.
Dengan penuh kesabaran, Joko terus mengantre.
Namun saat jaraknya antre dengan selang pengisi BBM hanya sekitar 3-5 meter, tiba tiba petugas SPBU mengumunkan bahwa bahan bakar tekah habis.
"Rasanya kesal banget. Sudah antre 4 jam tapi BBM habis. Petugas sama sekali tak menginformasikan bahwa bahan bakar akan habis," terang Joko.
Demi berkumpul bersama keluarga di kampung halaman, Joko pun memutar akal.
Tak ada satu pun penjual bensin eceran di dinihari itu.
Ia pun lantas mencari petugas maupun pekerja di SPBU. Ia lantas bertemu pekerja cleaning service di SPBU itu.
Joko lantas meminta bantuannya untuk mencarikan bensin.
Pekerja SPBU itu lantas menawarkan bantuan. "Ada empat liter bensin di tankiĀ motornya. Ia lanyas menawarkan harga 4 liter seharga Rp 200 ribu atau Rp 50 ribu per liter," ujar Joko.
Pemilik bensin itu juga semakin jual mahal lantaran bensinnya juga akan ditawarkan ke pemilik mobil yang nasibnya sama dengan Joko.
Dengan berat hati, Joko pun lantas membeli bensin tersebut.
"Saya beli 2 liter seharga Rp 100 ribu. Terpaksa saya beli daripada saya tak bisa pulang kampung," cerita Joko.
Dengan kondisi badan yang sudah luar biasa capek dan mata mulai sayu karena mengantuk, Joko akhirnya menuntun motornya di sekitar SPBU dengan harapan bahan bakar segera diisi lagi.
Namun tetap saja SPBU ditutup karena tak ada lagi suplai.