5. Ray Rangkuti – Lingkar Masyarakat Madani, (LIMA)
Tahun 2012 lalu, saya melangsungkan akad nikah perkawinan, di mushalla kecil sebuah restoran di bilangan Tebet.
Tak banyak orang saya undang, karena memang acara akad nikahnya sederhana saja, sesuai dengan kemampuan ekonomi.
Hanya dihadiri keluarga dan beberapa sahabat dan tetua keluarga Mandailing di Jakarta.
Selain bang Buyung Nasution yang bertindak sebagai wakil keluarga dari pihak saya, ada bang Hariman Siregar, Syahganda Nainggolan dan Yudi Latief yang sekaligus bertindak sebagai penceramah perkawinan.
Satu ceramah perkawinan yang terindah yang pernah saya dengar.
Di luar itu, hanya ada beberapa kawan aktivis dan mahasiswa. Total undangan tak lebih dari 100 orang.
Sudah termasuk pihak dari dua keluarga. Di luar tokoh-tokoh yang saya sebut di atas, tak ada satupun tokoh nasional yang saya undang.
Tapi, tanpa saya duga sama sekali, Pak Husni Kamil Malik, ketua KPU 2012-2017, tiba-tiba ada dalam deretan orang-orang yang memberi ucapan selamat.
Saya kaget dan bingung. Dari mana beliau tahu informasi saya sedang melangsungkan akad nikah.
Beliau menyalami saya dengan erat sembari, tentu saja, menyisipkan amplop ke tangan saya.
Kami tak sempat bercakap panjang. Setelah berbincang sedikit, beliau pamit.
Saya tak tahu apa alasan beliau hadir dalam akad nikah itu. Padahal saya tidak undang.
Tapi, beberapa tahun setelah bergaul dengan beliau, saya baru bisa melihat setidaknya 3 hal dari beliau.