News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Memburu Jaringan Teroris Santoso

Mengenal Sosok Ali Kalora, Pengganti Santoso di Poso

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proses evakuasi jenazah terduga teroris kelompok Santoso dari Pengunungan Poso Pesisir Utara, Senin (18/7/2016).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tewasnya Santoso alias Abu Wardah, gembong teroris yang sudah lama bersarang di Poso, Sulawesi Tengah menjadi pukulan telak bagi kelompok teroris jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso benar-benar kehilangan figur pemimpin yang selama ini menjadi ruh bagi kelompok mereka.

Kini tersisa satu tokoh penting dan orang kepercayaan Santoso yakni Ali Kalora.

Ali Kalora merupakan satu dari tiga pemimpin MIT yakni Santoso, Barsi, dan Ali Kalora.

Basri adalah sosok baru atau sosok pengganti dalam kepimpinan MIT. Ia diangkat Santoso untuk menggantikan pimpinan MIT Sabar Subagyo alias Mas Koro alias Daeng Koro lebih dulu ditembak mati Densus 88 Antiteror Mabes Polri.

Selain Santoso alias Abu Wardah Asy Syarqi alias Kombes alias Pakde, satu lagi terduga teroris yang tertembak ialah Basri alias Bagong alias Bang Ayas alias Bang Opa.

Berarti kini tersisa satu pimpinan MIT yakni Ali Kalora, yang akan memimpin 19 anggota yang masih bergerilya di hutan Poso.

Menurut Peneliti Terorisme dan Intelijen Universitas Indonesia Ridlwan Habib, Ali Kalora adalah sosok penunjuk arah dan jalan di pengunungan dan hutan Poso.

Pasalnya, Ali merupakan warga asli dari Desa Kalora, Poso, Sulawesi Tengah.

"Ali Kalora ini menjadi penunjuk arah dan jalan bagi rekan-rekannya. Kan bukan ada yang bukan dari Poso, Sulawesi. Ada juga yang datang dari China," jelas alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen UI tersebut kepada Tribunnews.com, Selasa (19/7/2016).

Pria bernama asli Ali Ahmad tersebut selama ini memimpin 16 orang. Kini ia memegang kendali atas 19 anggota MIT yang tersisa di pengungan Poso.

Ali sendiri, kata dia, tidak memiliki spesialisasi dan militansi seperti sosok Santoso dan Daeng Koro serta Basri.

Faktor kedekatannya dengan Santoso dan mengenal medan gerilya membuat ia diangkat menjadi pemimpin. Selain Ali juga merupakan tokoh senior yang sejak awal mengikuti Santoso.

"Dia tidak punya sosok kepemimpinan. Ali dipilih karena punya kedekatan dengan Santoso," jelasnya.

Lantas bagaimana dengan sisa anggota kelompok Santoso di dalam hutan Poso?

Sepeninggal Santoso, kelompok MIT makin melemah.

Bahkan Peneliti terorisme ini memperkirakan satu atau dua hari kedepan Ali Kalora dan anggotanya akan turun gunung untuk menyerahkan diri.

Anggota yang lain juga akan menyerah karena mereka kehilangan figur pemimpin.

"Selama ini mereka bertahan karena takut dengan Santoso, " kata Ridlwan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini